Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kementerian Keuangan membicarakan kemungkinan transisi energi hijau dapat menyasar langsung ke rumah-rumah warga.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, satu di antaranya yakni penggunaan dari solar panel untuk kelistrikan rumah tangga.
"Nah ini bahkan sebenarnya tuh sekarang Pak menko (perekonomian) juga mendorong, mungkin banyak sekali masyarakat yang atapnya nanti menjadi atap solar," ujarnya dalam acara "12th Kompas100 CEO Forum: Ekonomi Sehat 2022" di Jakarta, Kamis (18/11/2021).
Menurut Sri Mulyani, karena masyarakat akan memiliki sendiri solar panelnya, ini akan membutuhkan banyak sekali suatu konversi dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Baca juga: Pemerintah Australia Diminta Lebih Tegas Tangani Pelanggaran HAM dalam Industri Panel Surya di China
"PLN sendiri apakah ini akan untung atau rugi karena PLN punya best loot, punya production, dan sebagian besar atau hampir seluruhnya IPP itu take or pay. Karena itu, walaupun tidak dipakai, rakyat mau bikin solar panel sendiri, PLN harus bayar," katanya.
Selanjutnya, eks direktur pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, transisi energi ini menjadi sesuatu yang harus diatur dari sisi bisnis.
"Kontrak-kontrak lama yang harus semuanya kemudian di-settle secara jauh lebih rasional sesuai dengan semangat climate change," pungkas Sri Mulyani.
Permintaan meningkat
Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengungkapkan, permintaan solar panel di dunia cenderung tumbuh pesat. Sayangnya, dia mengungkapkan produksi tenaga surya di Indonesia masih cenderung lambat dibandingkan China, India dan Vietnam.
Baca juga: Dorong EBT, Kemenperin Targetkan TKDN Industri Panel Surya 90 Persen Pada 2025
"Kapasitas yang terpasang saat ini baru kisaran 200 mega watt, padahal PLTS diyakini akan tumbuh pesat dalam beberapa dekade ke depan mengalahkan industri listrik," kata Fabby kepada Kontan beberapa waktu lalu.
Meskipun begitu, jika menilik dalam dua tahun terakhir Fabby mengungkapkan segmen bisnis dan komersial building sudah mulai banyak yang menggunakan panel surya sejak 2019. Salah satunya juga didorong aksi beberapa perusahaan multinasional seperti Coca Cola dan Danone yang menggunakan panel surya di pabriknya.
Seiring pertumbuhan PLTS, dia menjelaskan biaya investasi panel surya sudah lebih murah. Bahkan tak jarang beberapa perusahaan memilih beralih menggunakan panel surya sebagai strategi bisnisnya, khususnya bagi perusahaan batubara yang mulai melirik bisnis panel surya untum diversifikasi.
Baca juga: Dukung Energi Hijau, Industri Farmasi Pasang Panel Surya Terbesar di Cikarang
Selanjutnya, Fabby mengungkapkan kapasitas produksi solar panel domestik berkisar 500 MW per tahun. Dimana tingkat utilisasi masih sangat rendah, dengan modul solar panel buatan dalam negeri lebih mahal 40% dibandingkan modul impor.