TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wabah virus corona belum juga usai dan masih menjadi momok di dunia bisnis.
Saat Covid-19 varian delta sudah mulai melandai di tanah air, kini terdengar ada varian baru lagi yang lebih mematikan, varian omicron.
Meski di Indonesia belum dimasuki varian terakhir, namun hal itu patut diwaspadai jangansampai seperti varian sebelumnya yang sempat mengobrak-abrik perekonomian nasional.
Omicron ini menjadi momok di pasar saham internasional.
Baca juga: Tak Terpengaruh Omicron, Laju IHSG Diperkirakan Tetap Menguat Hingga ke Level 6.618
Varian ini ditemukan di Afrika dan mulai menyebar ke sejumlah Negara.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi, mengatakan, potensi melonjaknya kasus Covid-19 akibat varian baru ini tetap ada.
Oleh sebab itu, pelaku pasar masih wait and see dalam dua minggu sampai sebulan ke depan untuk melihat dampak meluasnya Covid-19 jenis baru ini.
Reza menyebut, varian ini masih dalam penelitian Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
Meskipun masih dalam proses penelitian, para ahli memberikan hasil bahwa varian baru ini tidak seganas Covid pertama, dan gejalanya juga termasuk gejala ringan.
Reza menyebut, penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi yang terus berlanjut juga dengan adanya kenaikan PPKM menjadi level 2 diharapkan bisa membuat masyarakat bijak menghadapi situasi saat ini.
Baca juga: IHSG Hari Ini Berpeluang Melemah Lagi, Investor Cermati Rilis Data Inflasi dan Manufaktur
Reza menilai, sektor yang mungkin berdampak adalah sektor perbankan dan sektor riil, dimana pelaku usaha akan menahan kegiatan sehingga kredit bisa menurun dan kredit macet atau non-performing loans (NPL) berpotensi naik.
“Sementara untuk sektor kesehatan mungkin akan diuntungkan,” terang Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (30/11).
Reza memproyeksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di tahun depan dengan angka pesimistis ada di dalam rentang 6.350-6.445.
Sedangkan baseline IHSG di tahun depan bisa di kisaran 6.800-6.900, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 4%.
Baca juga: IHSG Minus 2,36 Persen Dalam Sepekan, Dipengaruhi Varian Baru Covid-19
Selain Covid-19, sentimen lain yang mungkin akan mempengaruhi IHSG adalah keputusan Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, mengenai kenaikan suku bunga.
Namun, dirinya berharap angka Covid-19 (omicron) bisa teratasi dengan baik sehingga tidak memperburuk pasar dan para investor masih dapat terkendali.
Omicron Sempat Berulah
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya mengatakan, menyoroti perkembangan penelitian mengenai virus Covid-19 vairian omicron dan penyebarannya.
Cheryl menyebut, info dari dokter yang merawat pasien di Afrika mengatakan kondisi pasien yang terinfeksi virus varian ini mengalami gejala ringan bahkan tidak perlu di-opname.
Hal inilah yang membuat pasar kembali bergairah meski pada awal perdagangan Senin (29/11) IHSG sempat melemah.
“Pasar juga menantikan pidato Gubernur The Fed tentang perkembangan kebijakan tapering,” terang Cheryl.
Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menilai, IHSG masih memiliki kecenderungan berada dalam rentang konsolidasi wajar, sedangkan potensi tekanan masih terlihat lebih besar dibanding dengan potensi kenaikannya.
William menyebut, masih minimnya sentimen yang dapat mendongkrak kenaikan IHSG yang diakibatkan oleh perlambatan perekonomian juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola gerak IHSG. (Akhmad Suryahadi)