Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan, Initial Public Offering (IPO) PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel sudah dilakukan pada 22 November 2021.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, saham dari anak perusahaan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) itu masih mengalami tekanan setelah IPO, tapi optimistis dapat terus lakukan perbaikan.
“Kalau kita lihat pada 2021, ada Mitratel sudah IPO. Memang sampai hari ini (sahamnya) masih mendapat tekanan, tapi kita percaya akan terus melakukan perbaikan,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, ditulis Jumat (3/12/2021).
Saham MTEL sendiri tercatat sudah mengalami tekanan saat awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia pada 22 November 2021 dengan minus 4,38 persen ke level 765.
Selanjutnya hingga 3 Desember 2021, saham perusahaan kelihatan masih tidak meningkat terlalu pesat dengan penutupan hari ini di level 785.
Erick menjelaskan, Mitratel akan terus bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika sebagai provider di bidang bisnis penyediaan menara pemancar telekomunikasi dan infrastruktur.
Baca juga: Mitratel Pakai Solar Panel untuk Alirkan Listrik ke 615 Menara Telekomunikasi
Terutama, kerja sama tersebut agar perusahaan dapat menjangkau daerah-daerah yang belum mendapatkan WiFi maupun akses digital.
“Kita tahu sedang menghadapi gelombang kedua digital hari ini, dimana edutech, healthtech akan masuk. Kemarin, kita ribut mengenai pinjaman online, itu juga fintech, suka tidak suka akan masuk menjadi penetrasi, harus kita seimbangkan," katanya.
Di sisi lain, dia menambahkan, IPO MTEL tidak saja bertujuan ingin memperkuat keuangan, tapi juga melalui infrastrukturnya.
“Kalau kita lihat dampak untuk Telkomnya sendiri, alhamdulillah dengan perubahan strategi daripada Telkom sekarang lebih kepada B2B. Di mana Telkom lebih memperkuat infastruktur fiber optic, tower, data center, cloud, yang memang ke depan diperlukan sebagai ketahanan digital nasional," pungkas Erick.
Kinerja Mitratel Diprediksi Tumbuh dalam Jangka Panjang
Analis Verdhana Sekuritas Indonesia Nicholas Santoso dan Raymond Kosasih memprediksi kinerja PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dapat tumbuh dalam jangka panjang.
Peluang tersebut didukung oleh kepemilikan menara telekomunikasi terbanyak dan tersebar merata hampir di seluruh Indonesia.
“Kami memberikan outlook positif terhadap bisnis menara telekomunikasi di Indonesia, seiring pesatnya pertumbuhan trafik data di dalam negeri dan sejalan dengan mulai diterapkannya 5G. Hal ini tentu akan berdampak positif terhadap Mitratel,” ujar Nicholas dan Raymond dalam risetnya," Rabu (24/11/2021).
Posisi kepemilikan menara terbanyak menghasilkan potensi pertumbuhan, khususnya bersumber dari co-location (co-lo) yang tersebar di berbagai daerah.
Sementara itu hingga Agustus 2021, perusahaan tercatat memiliki 28.030 menara telekomunikasi dengan 42.016 penyewa.
Baca juga: Harga Saham Mitratel Kok Turun Usai IPO, Berikut Pernyataan Analis
Angka tersebut menunjukkan rasio kolokasi 1,5 kali dan menara Mitratel tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan komposisi 57,3 persen berada di luar Pulau Jawa.
Lebih rinci lagi, rasio kolokasi menara perseroan di luar Pulau Jawa mencapai 1,39 kali dibandingkan di Jawa sekitar 1,64 kali.
Hal itu menggambarkan masih besarnya potensi pertumbuhan penyewaan menara anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini, khususnya di luar Pulau Jawa.
Mitratel diperkirakan menguasai pangsa pasar sebesar 24 persen di tanah air, mengalami peningkatan sekira 17 persen di 2018.
Kemudian baru-baru ini, perusahaan meraih dana Rp 18 triliun dari hasil penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham dengan melepas sebanyak 22,9 miliar saham atau setara 27 persen.
“Kami memperkirakan rata-rata pertumbuhan tahunan (CAGR) laba bersih Mitratel setelah IPO sebesar 44,8 persen untuk periode 2021 hingga 2023. CAGR pendapatan diperkirakan mencapai 10 persen,” tulis Nicholas dan Raymond.
Baca juga: Listing di BEI, Mitratel Ditargetkan Jadi Perusahaan Menara Terbesar di ASEAN
Tak hanya itu, Mitratel diproyeksikan sebagai perusahaan dengan net debt to EBITDA terendah sebesar 0,09 kali pada 2022.
Dengan posisi utang rendah itu, perusahaan memiliki kemampuan untuk mendapatkan pinjaman guna merealisasikan akuisisi menara dalam jangka panjang.
"Berbagai faktor tersebut mendorong Verdhana Sekuritas Indonesia merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 1.200. Target harga tersebut mengasumsikan EV/EBITDA sekitar 18,1 kali," tutupnya.
Target ini juga menggambarkan perkiraan kenaikan laba bersih perseroan menjadi Rp 965 miliar tahun ini dibandingkan realisasi tahun lalu Rp 602 miliar.
Begitu juga dengan pendapatan diprediksi tumbuh menjadi Rp 6,88 triliun dibandingkan perolehan 2020 sebanyak Rp 6,18 triliun.