News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ini Dampak Tingginya Inflasi Amerika Serikat ke Indonesia

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya inflasi Amerika Serikat (AS) dapat menimbulkan tekanan terhadap ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, tren kenaikan inflasi di AS ditopang pemulihan ekonomi negeri Paman Sam yang ditandai dengan permintaan terpendam setelah pengendalian kasus Covid-19 yang makin baik.

Baca juga: Inflasi di AS Memburuk, Pengamat: Perlu Diwaspadai, Bisa Berdampak ke Indonesia Pada 2022

"Di satu sisi tren tingginya tingkat inflasi AS berdampak pada kebijakan normalisasi kebijakan moneter AS, yakni percepatan tapering yang selanjutnya akan diikuti dengan kenaikan suku bunga bank sentral AS yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya," kata Josua saat dihubungi, Selasa (14/12/2021).

Menurutnya, normalisasi kebijakan moneter AS yang lebih cepat dari perkiraan, dapat mempengaruhi aliran modal asing ke pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Waspadai Inflasi AS yang Sentuh Level Tertinggi dalam 39 Tahun

Selanjutnya, kata Josua, aliran modal asing yang terhambat tersebut, akan mempengaruhi investasi di dalam negeri dan akhirnya dapat membatasi akselerasi pemulihan ekonomi domestik pada 2022.

"Oleh sebab itu dalam membatasi dampak normalisasi kebijakan moneter AS, pemerintah perlu mengakselerasi pemulihan ekonomi domestik dan memperkokoh fundamental ekonomi domestik, agar potensi investasi dapat dipertahankan agar dapat mendukung proses pemulihan ekonomi domestik," tutur Josua.

Baca juga: Rupiah Hari Ini Diprediksi Melemah karena Data Inflasi AS

Sebelumnya, Amerika Serikat mencatatkan kondisi inflasi terburuk pada November 2021.

Inflasi di negara adidaya ini mencapai level tertinggi dalam 39 tahun pada November 2021.

Pemicunya karena ekonomi negara itu yang masih bergulat dengan dampak pandemi Covid-19 mendorong kenaikan permintaan konsumen serta adanya gangguan rantai pasokan yang terus-menerus, ditambah dengan kurangnya tenaga kerja.

Dikutip dari laman USA Today, Senin (13/12/2021) indeks harga konsumen di AS melonjak 6,8 persen dari tahun sebelumnya, dan merupakan laju tercepat sejak 1982.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini