Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan kenaikan harga minyak goreng dipicu kenaikan harga kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) di tingkat global.
Dampaknya tidak hanya dikeluhkan para pedagang tapi juga para ibu-ibu rumah tangga.
"Kenaikan CPO memang meningkatkan nilai ekspor, tapi dampak negatifnya harga minyak goreng kelapa sawit di dalam negeri justru ikut melonjak," tutur Erick saat peluncuran Holding BUMN Pangan, Rabu (12/1/2022).
Baca juga: Dengarkan Keresahan Warga, KSP Observasi Langsung Harga Minyak Goreng
"Di kelapa sawit itu kita diuntungkan, harganya mahal, tetapi tentu ibu-ibunya jadi gundah. Ketika bicara pupuk juga bahan baku pupuk naik sampai tiga kali lipat. Artinya ada tekanan yang kita hadapi di 2022," sambungnya.
Erick menyampaikan disrupsi digital dan inovasi juga menjadi tantangan yang dihadapi Indonesia.
Kondisi pangan RI, terang Erick, sekarang masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.
Produk pangan kedua negara tetangga dapat bersaing secara global.
Baca juga: Harga Minyak Goreng Mahal, YLKI Duga Ada Praktik Kartel
"Sebagai negara agraris, Indonesia seharusnya bisa menghasilkan produk-produk pangan unggulan yang bisa mendunia," imbuhnya.
Menurut dia, persoalannya aspek supply demand tidak berpihak kepada para petani.
Erick menilai penting untuk menciptakan ekosistem hasil pangan dengan karakteristik domestik.
"Kalau kita tidak memperbaiki ekosistem kita, roadmap kita, market kita tentu akan menjadi kekalahan. Indonesia hanya dilihat sebagai market dan sumber daya alam yang baik," tutup Erick.