Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Adanya pandemi Covid-19 yang mengguncang dunia sejak 2020 hingga sekarang, nampaknya tak membuat minat investor pasar modal dalam negeri menyurut.
Justru selama pandemi, jumlah investor naik hingga 90 persen. Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menjelaskan, sejauh ini investasi di pasar modal, surat utang, reksadana ataupun kripto kenaikannya luar biasa.
Sejauh ini tercatat jumlah investor tanah air sebanyak 7,3 juta orang. Dengan didominasi oleh investor ritel dari generasi milenial dan gen Z.
Baca juga: Aplikasi Investasi Ini Memungkinkan Investor Beli Saham Global dan Aset Kripto Mulai Rp 5.000
Terlebih dengan adanya digitalisasi serta masih rendahnya nominal untuk memulai investasi menjadi fator utama yang mendorong generasi milenial dan Z gencar melakukan investasi.
Meski naik hingga 90 persen, namun sayangnya nilai ini masih dianggap rendah jika dibandindangkan dengan beberapa negara rumpun Asia Tenggara seperti misalnya Malaysia dan Jepang.
“Secara umum dibandingkan populasi kita masih 0,8 persen, masih rendah. Walau budaya investasi sudah mulai tumbuh, tapi masih butuh banyak akselerasi lagi," jelas Bhima dalam Webinar Pluang.
Saat ini jumlah investor di Malaysia hampir mencapai 32 persen, sedangkan investor Jepang sebanyak 48,3 persen dari total populasi masyarakatnya.
Dengan ini, nampaknya Indonesia harus belajar dari Jepang. Meskipun rasio utang Jepang terhadap produk domestik bruto (PDB) jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia.
Baca juga: Ramai Blockchain, Kripto dan NFT, Pakar Ingatkan Calon Investor Perlu Terapkan Prinsip Kehati-hatian
Jepang membuktikan bahwa dirinya mampu meningkatkan jumlah investor di negaranya. Hal ini dikarenakan hampir setengah populasi penduduknya sudah familiar dengan investasi ketimbang menabung.
"Rasio utang Jepang lebih dari 200 persen dari PDB. Tapi 80 persen kepemilikan surat utang pemerintah dimiliki investor domestik. Ketika terjadi tekanan ekonomi uang tidak keluar ke negara lain, tapi beredar di dalam Jepang," tutur Bhima.
Namun pemerintah Indonesia optimis jika nantinya instrumen investasi dapat menjadi game changer bagi negara.
Hal ini dibuktikan dengan pengeluaran masyarakat melalui investasi pembentukan modal tetap bruto (PMTB) menduduki peingakat kedua dengan 30,4 persen setelah peringkat pertama didominasi oleh konsumsi rumah tangga.