News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Peran Komnas Perempuan Pastikan Transportasi Online Aman untuk Perempuan

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Layanan Grab

TRIBUNNEWS.COM - Kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan penyedia layanan transportasi online kepada masyarakat tak lantas membuatnya bebas risiko. Seperti diketahui, beberapa kasus kekerasan seksual pada penumpang dan mitra pengemudi perempuan masih kerap terjadi, terlebih di kawasan perkotaan.

Menurut Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), perempuan masih menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap tindak kekerasan fisik, psikis maupun kekerasan seksual.
Oleh karena itu, perusahaan teknologi ride-hailing harus melakukan langkah serius melalui kebijakan dan kode etik pelayanan.

Baca juga: Singtel dan Grab Beli Saham Bank Fama International, Masing-masing Pegang 16,3 Persen

Veryanto Sitohang, Komisioner Komnas Perempuan

“Kami terus memberikan masukan kepada pelaku bisnis dalam menciptakan kebijakan dan mengimplementasikan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada perempuan,” ungkap Veryanto Sitohang, Komisioner Komnas Perempuan.

Ia melanjutkan, “Kami juga melakukan upaya-upaya kolaboratif dan strategis dengan beberapa perusahaan termasuk para penyedia layanan ride-hailing mulai dari pencegahan, penyusunan kebijakan, pembekalan Tim Penanganan Kasus, hingga pelatihan anti-kekerasan seksual,” sambung Veryanto.

Baca juga: Turut Kembangkan Ekonomi Digital, LPKR Berkolaborasi dengan Gojek

Sejumlah pihak mempertanyakan bagaimana penyedia layanan ride-hailing memastikan keamanan pengguna dan sejauh mana teknologi bisa melindungi mereka dari segala kemungkinan tindakan kriminal. Salah satunya Grab, penyedia layanan ride-hailing ini mengemban tanggung jawab besar dalam menangani sembilan juta mitra pengemudi dan puluhan juta pengguna di Asia Tenggara.

Sejak awal berdiri, Grab menempatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan penumpang sebagai prioritas utama. “Untuk itu, kami akan terus memperkuat protokol keamanan melalui teknologi pendukung keamanan pada aplikasi, seleksi mitra pengemudi secara ketat, pencegahan sejak dini dan penanganan melalui pembekalan dan pelatihan anti-kekerasan seksual, serta sistem penanganan insiden yang berspektif korban,” jelas Tirza R. Munusamy, Director of Central Public Affairs, Grab Indonesia.

Baca juga: Tuduhan Pelanggaran Hak Cipta, Gojek dan Nadiem Makarim Digugat Rp 24 Triliun

Tirza menjelaskan, selain memberikan pembekalan dan pelatihan mengenai anti-kekerasan seksual secara berkala, proses seleksi mitra pengemudi serta pengawasan dari perusahaan penyedia layanan ride hailing juga sangat penting untuk pencegahan kekerasan sejak dini, karena mitra pengemudi jadi garda terdepan dalam memberikan layanan berkualitas serta perlindungan kepada penumpang perempuan.

Salah satu mitra GrabCar, Kevin Tambalaen mengungkapkan, sebagai driver GrabCar dirinya memiliki tanggung jawab untuk melindungi penumpang, terlebih penumpang perempuan.

Baginya, hal itu sama saja seperti ia melindungi keluarga sendiri.

“Sama seperti melindungi anggota keluarga, saya dan teman-teman driver GrabCar juga melindungi penumpang, karena saya juga nggak mau keluarga saya ngalamin kekerasan, apalagi kekerasan seksual,” ungkap Kevin.

Sejak awal mendaftar jadi driver GrabCar, Kevin mengaku sudah diajarkan beberapa materi seperti cara berkendara, sampai kode etik melayani penumpang.

“Itu semua ada aturannya, ada sanksinya juga kalau melanggar, bisa di-suspend atau pemutusan hubungan mitra,” sambung Kevin.

Tak hanya menjaga keamanan dan keselamatan penumpang, Kevin juga menjelaskan bahwa Grab turut memberikan pelatihan untuk melindungi mitra driver.

“Kita juga dilatih gimana caranya kalau ngalamin kekerasan, ada fitur Pusat Bantuan di aplikasi Grab, jadi penumpang dan driver terlindungi,” tambahnya.

Teknologi canggih pada layanan ride-hailing dirancang untuk memudahkan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Namun, dalam mewujudkan transportasi online yang aman, khususnya untuk perempuan, jelas memerlukan langkah serius dan keterlibatan banyak pihak, baik perusahaan teknologi penyedia layanan ride-hailing, pemerintah, lembaga terkait, mitra pengemudi hingga masyarakat umum.

“Untuk itu, kami berharap transportasi online dapat memastikan perlindungan terhadap penumpang dan mitra pengemudi khususnya perempuan termasuk rasa aman terhindar dari kekerasan seksual,” tutup Veryanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini