Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyebut kebutuhan minyak goreng untuk ritel seluruh Indonesia sebanyak 20 juta liter per bulan.
Namun, semenjak ditetapkan harga minyak goreng kemasan Rp 14 ribu per liter dan diberlakukannya harga eceran tertinggi (HET) oleh pemerintah, pasokan minyak goreng ke ritel modern menjadi tersendat.
Ketua Umum Aprindo Roy Mande menjelasakan, kekosongan minyak goreng di ritel modern pada saat ini karena tidak normalnya pasokan yang biasa diterima ritel di seluruh Indonesia.
Baca juga: Terungkap Penyebab Kelangkaan Minyak Goreng Rp 14 Ribu di Minimarket
"Belum ada 10 persen dari permintaan kami. Per bulan itu, ritel seluruh Indonesia butuh 20 juta liter, tapi sekarang baru sekitar 5 persen sampai 6 persen pasokannya," ujar Roy saat dihubungi, Selasa (1/2/2022).
Menurutnya, ritel hanya bisa menunggu pasokan dari distributor minyak goreng, karena tidak dapat melakukan produksi tersebut.
"Ritel itu kan tidak pernah produksi minyak goreng, jadi ritel kayak warung saja, tempat menyalurkan barang. Kalau tidak ada barangnya di ritel, karena tidak ada pasokan dari distributor atau produsen minyak goreng," tutur Roy.
Baca juga: Mendag Dicecar DPR Soal Minyak Goreng, Perbandingan Harga dengan Malaysia hingga Bantah Pencitraan
Diketahui, pemerintah resmi menerapkan harga eceran tertinggi (HET) mulai hari ini, 1 Februari 2022.
Adapun harga yang ditetapkan yaitu minyak goreng curah sebesar Rp11.500 per liter, minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp13.500 per liter, dan minyak goreng kemasan premium sebesar Rp14.000 per liter.