Bhima menilai dalam kurun waktu 4 tahun terakhir tidak terjadi kenaikan pasokan minyak sawit dari kebun yang signifikan. Dalam dilema ini pemerintah harus memilih antara pemenuhan kebutuhan pangan sehingga inflasi terkendali, atau melanjutkan program biodiesel secara masif.
"Saya kira pilihan urgennya adalah mengamankan pasokan sawit untuk kebutuhan pangan khususnya minyak goreng," ujarnya.
Sementara pengamat ekonomi dari Core, Piter Abdullah menilai masalahnya ada pada persiapan yang minim.
"Niat baiknya bagus menetapkan harga tertinggu 14.000, tapi kan masyarakat butuhnya bukan hanya ditetapkan, tapi bagaimana di lapangannya. Harga 14.000 tapi barangnya nggak ada ya gimana?" tanya Piter dihubungi terpisah.
Piter berpendapat penetapan harga eceran tertinggi butuh persiapan. Pemerintah harus bisa menguasai distribusinya.
"Karena potensi untuk penyimpangan-penyimpangan pasti banyak terjadi. Akan ada penumpukan, penyelundupan itu akan banyak. Karena pengusaha akan mencari keuntungan yang lebih besar. Jadi selama pemerintah tidak menguasi distribusinya ini kondisinya akan terus terjadi," papar Piter.
Persoalan distribusi menurut Piter adalah hal utama yang harus diawasi ketat. " Bahkan kalau perlu pemerintah turun tangan langsung dalam distribusinya. Kalau hanya mengatakan harganya Rp 14.000 tapi distribusinya dipegang oleh pengusaha, ya yang akan terjadi seperti sekarang ini," imbuhnya. (Seno Tri/Dennis Des/M Zulfikar)