TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia mengalami penurunan pada kuartal IV-2021, baik secara kuartalan atau tahunan.
Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal IV-2021 tercatat sebesar 415,1 miliar dollar AS setara Rp 5.935 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per dollar AS), turun dibandingkan dengan posisi ULN pada kuartal sebelumnya sebesar 424,0 miliar dollar AS.
Baca juga: Kurangi Beban Utang, Waskita Karya Akan Jual 5 Ruas Tol Tahun Ini
Sementara itu, secara tahunan, posisi ULN kuartal IV-2021 terkontraksi 0,4 persen, setelah tumbuh 3,8 persen secara tahunan pada kuartal sebelumnya.
“Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Selasa (15/2/2022).
Tercatat ULN Pemerintah pada tiga bulan terakhir 2021 sebesar 200,2 miliar dollar AS, menurun dari posisi kuartal sebelumnya sebesar 205,5 dollar AS.
Baca juga: Bayar Utang Luar Negeri, Cadangan Devisa RI Turun Jadi 141,3 Miliar Dollar AS
Hal itu menyebabkan ULN pemerintah terkontraksi 3,0 persen secara tahunan, setelah tumbuh 4,1 persen secara tahunan pada kuartal III-2021.
Penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo dan pelunasan sebagian pokok pinjaman di kuartal IV-2021.
Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global yang cenderung tinggi turut berpengaruh pada perpindahan investasi dari SBN ke instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada SBN
“Dari sisi risiko refinancing, posisi ULN pemerintah kuartal IV-2021 relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 peresen dari total ULN pemerintah,” tutur Erwin.
Adapun posisi ULN swasta tercatat sebesar 205,9 miliar dollar AS pada kuartal IV-2021, menurun dari 209,3 miliar dollar AS pada kuartal III-2021.
Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 0,9 persen secara tahunan, setelah tumbuh 0,6 persen secara tahunan dari kuartal sebelumnya sejalan dengan pembayaran neto pinjaman dan utang lainnya selama periode kuartal IV-2021.
Perkembangan tersebut disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi ULN lembaga keuangan menjadi 4,2 persen secara tahunan, dari kontraksi kuartal sebelumnya 2,7 persen secara tahunan, dan kontraksi ULN korporasi bukan lembaga keuangan menjadi sekitar 0,01 persen yoy, setelah tumbuh 1,5 persen yoy pada kuartal III-2021.
Dengan realisasi-realisasi tersebut, BI menilai ULN Indonesia pada kuartal-IV 2021 tetap terkendali, tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 35 persen, menurun dibandingkan dengan rasio pada kuartal sebelumnya sebesar 37 persen.
“Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN jangka panjang yang lebih dominan dengan pangsa mencapai 88,3 persen dari total ULN,” ucap Erwin.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi Rp 5.935 Triliun pada Kuartal IV-2021"