Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PLN Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Timur dan Bali (UIT JBM) melakukan pemberian tegangan (energize) pada ekstensi IBT (Interbus Trafo) 2 Gresik di Gas Insulated Substation Tegangan Ekstra Tinggi (GISTET) 500 kV Gresik.
Infrastruktur yang memiliki kapasitas daya terpasang sebesar 500 MVA dengan tegangan 500/150 KV ini telah memperoleh sertifikasi laik operasi (SLO), akan menyalurkan transfer daya dari Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV Gresik – Tandes.
General Manager UIT JBM, Didik Fauzi Dakhlan mengatakan, adanya penambahan kapasitas 500 MVA pada IBT 2 Gresik, akan memperkuat daya mampu pasok subsistem Krian 1,2 – Gresik yang selama ini sebesar 2005 MW dengan realisasi beban sebesar 1745 MW.
Baca juga: Gandeng PLN dan Pertamina, Pupuk Indonesia Kembangkan Industri Ramah Lingkungan
"Sehingga surplus akan meningkat dan dapat membantu fleksibilitas pemeliharaan di UIT JBM," papar Didik dalam keterangannya, Kamis (24/2/2022)
Menurut Didik, energize IBT 2 Gresik sebagai upaya mengurangi titik yang berpotensi jika terjadi gangguan, sehingga tidak sampai menimbulkan padam di Jawa Timur karena kehandalan subsistem IBT.
“Dengan adanya IBT 2 ini pelaksanaan pemeliharaan diharapkan tidak hanya dapat dilaksanakan hari Sabtu - Minggu dengan beban rendah tapi sudah dapat dilaksanakan di hari kerja melalui peningkatan kapasitas ini," paparnya.
Direktur PT Mahakaam Jaya Sejahtera Ardhi Fahyudi menambahkan, pertumbuhan ekonomi riil dalam negeri harus digalakkan, di mana pemain konstruksi lokal harus terus meningkatkan kemampuan dan daya saing.
Baca juga: Tahun Ini, PLN Tambah 40 Unit SPKLU Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik
"Realisasi nilai TKDN total dalam proyek pengadaan IBT 2 GISTET Gresik sebesar 42,64 persen dengan komponen jasa mencapai 100 persen tenaga kerja lokal," ucap Ardhi.
Proyek IBT 2 Gresik mulai dikerjakan pada 2019 dengan nilai investasi sebesar Rp 177,4 miliar berhasil energize dalam kurun waktu 2 tahun sejak awal proyek dimulai, dengan tetap melalui pengendalian pekerjaan konstruksi yang sesuai dengan ketepatan biaya, waktu, serta mutu dan spesifikasi.