Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi besar sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang berlimpah.
Mulai dari tenaga surya, hidro, angin, biomassa, panas bumi, dan lainnya.
Hal tersebut lantaran Indonesia memiliki bonus kondisi geografis yang sangat menguntungkan. Mulai dari wilayahnya yang cukup luas, hingga posisinya tepat berada di garis khatulitiwa.
Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Ketenagalistrikan, Sripeni Inten Cahyani, mendorong masyarakat khususnya generasi muda untuk berpartisipasi dalam pengembangan dan menyuarakan EBT di Tanah Air.
Baca juga: Intensitas Hujan Tinggi, Kementan Imbau Petani Barito Kuala Proteksi Diri dengan AUTP
Berdasarkan perhitungannya, energi surya (Solar energy) di Indonesia memiliki potensi 207,8 giggawatt (GW).
Namun, yang baru dimanfaatkan baru 0,03 persen.
"Yang kita harapkan adalah kita mampu mengembangkan EBT, terutama energi solar dengan potensi sebesar 207,8 GW. Namun, yang dimanfaatkan baru sekitar 0,03,” ucap Sripeni, dikutip Sabtu (26/2/2022).
“Sangat disayangkan jika Indonesia dengan letak geografis yang disinari matahari setiap tahunnya tidak bisa menikmati energi gratis dengan potensi yang besar ini," sambungnya.
Melihat potensi besar Indonesia, program transisi energi menjadi sasaran utama sektor ketenagalistrikan di Indonesia ke depan.
Sehingga mahasiswa juga diharapkan turut menyuarakan tren energi bersih dan mendorong Green Industry di Indonesia.
Sripeni juga memaparkan, bahwa kondisi industri ketenagalistrikan nasional saat ini setidaknya terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan agar mencapai sasaran industri yang optimal.
Kelima hal yang sangat berpengaruh dan saling berkaitan satu sama lain yaitu Keberlanjutan, Keterjangkauan, Keadilan, Ketersediaan, dan Keandalan.
"Sasaran dari rencana ini adalah kesehatan dan dan bisnis kelistrikan bertumpu pada energi bersih, tarif listrik yang terjangkau, mencapai 100 persen rasio elektrifikasi, kecukupan pasokan listrik memenuhi konsumsi nasional, dan keterjaminan kualitas pasokan listrik yang andal," pungkas Sripeni.