Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – Rusia mengancam balik akan menutup pipa gas utamanya yang selama ini memasok kebutuhan gas alam ke Jerman jika Amerika Serikat dan negara-negara Barat melanjutkan larangan ekspor minyak Rusia.
Dilansir dari BBC, Selasa (8/3/2022) Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan "penolakan terhadap ekspor minyak oleh Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global."
Hal itu juga akan menyebabkan harga minyak naik lebih dari dua kali lipat menjadi 300 dolar AS per barel.
AS telah menjajaki kemungkinan larangan dengan sekutu sebagai upaya untuk menghukum Rusia atas invasinya ke Ukraina.
Namun Jerman dan Belanda menolak rencana itu pada Senin kemarin.
UE mendapatkan sekitar 40 persen gasnya dan 30 persen minyaknya dari Rusia, dan tidak memiliki pengganti yang mudah jika pasokannya terganggu.
Baca juga: Rusia Ancam Stop Aliran Gas, Jerman Ancang-ancang Gunakan Pembangkit Listrik Batu Bara
Dalam pidatonya di televisi pemerintah Rusia, Novak mengatakan tidak mungkin untuk segera menemukan pengganti minyak Rusia di pasar Eropa.
"Ini akan memakan waktu bertahun-tahun, dan masih akan jauh lebih mahal bagi konsumen Eropa. Pada akhirnya, mereka akan paling dirugikan oleh hasil ini," katanya.
Baca juga: Rusia Umumkan Gencatan Senjata untuk Beri Kesempatan Evakuasi Warga Sipil
Menunjuk keputusan Jerman bulan lalu untuk membekukan sertifikasi Nord Stream 2, pipa gas baru yang menghubungkan kedua negara, ia menambahkan embargo minyak dapat memicu pembalasan.
"Kami memiliki hak untuk mengambil keputusan yang cocok dan memberlakukan embargo pada pemompaan gas melalui pipa gas Nord Stream 1 yang ada," katanya.
Baca juga: Google: Hacker Rusia dan China Lakukan Spionase dan Kampanye Phising di Ukraina
Rusia sendiri merupakan produsen gas alam terbesar di dunia dan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia, setiap langkah untuk memberikan sanksi kepada industri energinya akan sangat merusak ekonominya sendiri.
Ukraina telah meminta Barat untuk mengadopsi larangan seperti itu, tetapi ada kekhawatiran itu akan membuat harga melonjak. Kekhawatiran investor akan embargo mendorong harga minyak mentah Brent naik menjadi 139 dolar AS per barel.
Sementara, harga rata-rata bensin di Inggris juga mencapai rekor baru yakni 155 poundsterling atau sekitar Rp 2.900.000 per liter. (jika dikonversi ke rupiah dengan kurs 1 dolar Rp 14.000).