Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Setengah dari cadangan emas dan valuta asing (valas) Bank Rusia telah dibekukan karena penerapan sanksi Barat akibat Operasi Militer Khusus Rusia terhadap Ukraina.
Seperti yang disampaikan Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Rossiya 1.
"Ini adalah sekitar setengah dari cadangan yang kami miliki. Kami memiliki jumlah total cadangan sekitar 640 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Saat ini kami tidak dapat menggunakan sekitar 300 miliar dolar AS dari cadangan ini," kata Siluanov.
Baca juga: Rusia Mulai Kesulitan Jual Minyak Mentah, Sejumlah Perusahaan Energi Eropa Ambil Sikap Tegas
Dikutip dari laman TASS, Senin (14/3/2022), ia menambahkan bahwa sebagian dari cadangan devisa Rusia dalam mata uang China.
Namun, negara-negara Barat saat ini sedang menekan China untuk membatasi perdagangan dengannya.
"Tentu saja, ada tekanan untuk membatasi akses ke cadangan yang kami miliki dalam yuan. Saya pikir kemitraan kami dengan China akan memungkinkan kami untuk mempertahankan kerja sama yang telah kami capai. Tidak hanya untuk mempertahankan, namun juga untuk melipatgandakannya pada kondisi saat pasar Barat ditutup," jelas Siluanov.
Siluanov menegaskan bahwa utang terhadap negara-negara yang kini memutuskan untuk 'tidak bersahabat' dengan Rusia itu akan dibayar dalam rubel.
Baca juga: Turki Tidak akan Bergabung dengan Sanksi Negara-negara Barat terhadap Rusia
"Tapi saya ulangi sekali lagi, utang yang harus kita bayar ke negara-negara yang tidak bersahabat dengan Federasi Rusia dan telah membuat pembatasan penggunaan cadangan devisa, ke negara-negara inilah kita akan membayar utang dalam rubel dengan nilai yang setara," tegas Siluanov.