Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) resmi menaikkan suku bunga utama ke kisaran target 0,25 persen hingga 0,5 persen.
Keputusan tersebut disampaikan langsung oleh Ketua The Fed Jerome Powell pada Rabu (16/3/2022) .
Kenaikan suku bunga ini merupakan pertama kalinya sejak tahun 2018 silam. Powell menyebut keputusan yang sebagian besar disepakati oleh Komite Fed, akan menaikkan suku bunga seperempat poin persentase atau 25 basis poin.
"Perekonomian sangat kuat dan dengan latar belakang pasar tenaga kerja yang sangat ketat dan inflasi yang tinggi, Komite mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target untuk suku bunga dana federal akan sesuai," kata Powell seperti dikutip dari Aljazeera.
Meski menaikkan suku bunga dapat berisiko menjerumuskan ekonomi Amerika Serikat ke dalam resesi atau kemerosotan ekonomi, langkah ini diklaim dapat mengendalikan inflasi tercepat dalam 40 tahun terakhir akibat dari melonjaknya harga yang disebabkan serangan Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Kredit Rumah dan Kendaraan Bermotor Disebut Akan Kena Dampak Kenaikan Suku Bunga di 2022
“Lonjakan harga minyak mentah dan komoditas lain yang dihasilkan dari invasi Rusia ke Ukraina akan memberikan tekanan tambahan pada inflasi jangka pendek di sini,” tambah Powell.
Powel menambahkan, nantinya kenaikan suku bunga juga berpotensi memperlampat pertumbuhan ekonomi AS.
Baca juga: Analis Ingatkan Peningkatan Suku Bunga Pernah Seret IHSG hingga Minus 24 Persen
Pejabat Fed memperkirakan inflasi akan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, dimana pada tahun ini inflasi akan menyentuh 1,9 persen dan kemudian naik menjadi sekitar 2,8 persen pada 2023 mendatang.
Meski nantinya kenaikan suku bunga dapat memerangi inflasi di Amerika Serikat, namun Powel yang mewakili dewan kebijakan bank sentral atau Federal Open Market Committee (FOMC) menjamin bahwa kebijakan tersebut tidak akan menggagalkan rencana pemulihan dari pandemi Covid-19 di wilayahnya.