Laporan Wartawan Tribunnews.com, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, PARIS – Badan organisasi perdagangan minyak dunia, International Energy Agency (IEA) menyebut lockdown China berpotensi besar menurunkan prosek permintaan pada perdagangan minyak global.
Dilansir dari The Guardian, permintaan minyak dunia di bulan April ini diperkirakan telah menurun sebesar 260.000 barel per hari, angka ini merosot jauh dari perkiraan sebelumnya. Dimana IEA menghitung jika rata-rata produksi minyak dunia di sepanjang tahun ini akan melesat naik hingga menyentuh angka 99,4 juta barel per hari.
Baca juga: Lockdown di China Memicu Anjloknya Penjualan Otomotif
Namun karena adanya kebijakan lockdown atau pembatasan wilayah secara ketat oleh Presiden China Xi Jinping membuat permintaan minyak pada perdagangan global menjadi turun drastis. Mengingat posisi China sebagai salah satu konsumen minyak terbesar di dunia, tentunya hal ini berpotensi besar menurunkan permintaan minyak global.
Lebih lanjut, kebijakan lockdown mulai diberlakukan sejak beberapa minggu terakhir lantaran melonjaknya jumlah kasus harian Covid-19 yang terjadi di Shanghai China, hingga menembus 26 ribu kasus dalam setiap harinya. Peningkatan ini yang kemudian membuat pemerintah China menerapkan kebijakan zero COVID-19.
Baca juga: Shanghai Longgarkan Lockdown setelah Beredar Video Warga Kehabisan Makanan hingga Bobol Supermarket
Menurunnya permintaan minyak di China tentunya telah membuat rugi para trader minyak global. Terlebih pada Maret kemarin pasokan minyak mentah dunia telah ditingkatkan dari jumlah awal sebesar 450.000 barel per hari menjadi 99,1 juta barel, guna menggantikan cadangan minyak Rusia yang telah diboikot oleh perdagangan dunia.
Selain menurunnya permintaan China atas komoditas minyak dunia, adanya kenaikan harga minyak yang melambung hingga tembus rekor tertinggi juga telah membuat beberapa negara berkembang lainnya mulai mengurangi konsumsi minyak mentah.
Sayangnya hingga sejauh ini belum ada acara yang dapat dilakukan IEA untuk kembali meningkatkan permintaan minyak pada pasar global, namun IEA mengungkap jika nantinya pemerintah China mulai membuka kembali pembatasan di wilayahnya, diharapkan langkah ini bisa kembali membawa angin segar bagi roda perdagangan minyak global.