“Kalau harga bahan baku dalam hal ini polyester naik, tentu saja akan memengaruhi harga jual produk hilir tekstil sehingga harus ada penyesuaian harga,” jelasnya saat dihubungi terpisah.
Kenaikan harga pakaian ini bersamaan dengan momentum Ramadhan dan Idul Fitri di mana permintaan seharusnya lebih tinggi dibandingkan hari normal.
Namun, penyesuaian harga ini dikhawatirkan Rizal menghambat penjualan lantaran pasar tidak bisa menyerap produk tersebut.
Maka itu, pelaku usaha masih wait and see untuk memasok pakaian dalam jumlah yang besar. Produsen harus menghitung dengan cermat volume produksinya untuk mengurangi dead stock di lapangan.
“Kalau sekarang, rata-rata utilisasi pabrik garmen di level 70%-80% sedangkan biasanya pada momentum lebaran (sebelum pandemi) utilisasinya full 100%,” ungkapnya. (Arfyana Citra Rahayu/Noverius Laoli)
Sumber: Kontan