Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed baru-baru ini sebesar 50 bps dinilai berdampak pada tekanan di pasar surat utang secara jangka pendek hingga menengah.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus membeberkan nasib pasar surat utang Indonesia saat ini.
"Kejutan pasar memang menghantam yield obligasi acuan dalam negeri yakni Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun, yang saat ini terus menanjak ke level 7,33 persen," ujar dia melalui risetnya, Rabu (11/5/2022).
Hal tersebut menyebabkan spread SBN 10 tahun dengan yield obligasi acuan AS yakni US Treasury 10 tahun sebesar 437 basis poin (bps).
"Volatilitas pasar obligasi saat ini memang cukup mengkhawatirkan. Namun, yield curve masih menunjukkan pergerakan yang wajar meskipun terlihat cenderung mendatar, terutama untuk tenor menengah hingga panjang," kata Nico.
Baca juga: Kenaikan Suku Bunga The Fed Bikin IHSG Rontok Hingga Bank BUMN Sentuh ARB
Dia mempertanyakan arah pergerakan yield apakah akan bergerak normal atau justru menjadi flattening curve.
Nico memperkirakan inverted curve tidak akan terjadi di Indonesia, mengingat fundamental ekonomi yang baik dan spread antar tenor yang belum memberikan signal peringatan waspada.
Baca juga: Ambruknya Bursa Global Seret IHSG Ikut Ambles 2,89 Persen
"Bicara potensi flattening curve tentu merupakan sesuatu yang sangat mungkin untuk terjadi. Peran Bank Indonesia (BI) sangatlah penting agar yield curve yang digunakan sebagai instrumen untuk mengukur prospek ekonomi, dapat bergerak lebih stabil," pungkasnya.