32,5 persen responden membeli dengan harga Rp25 ribu-Rp29,9 ribu
4,2 persen responden membeli dengan harga Rp30 ribu-Rp34,9 ribu
2,3 persen responden membeli dengan harga Rp35 ribu-Rp39,9 ribu
1,4 persen responden membeli dengan harga Rp40 ribu-Rp44,9 ribu
1,3 persen responden membeli dengan harga Rp45 ribu-Rp49,9 ribu
6,0 persen responden membeli dengan harga lebih dari Rp50 ribu
17,7 persen responden menjawab tidak tahu/tidak jawab.
"Meskipun kisarannya tidak setinggi di bulan Februari-Maret ya. Kita harus akui juga ada sesuau yang turun setelah gebrakan pemerintah. Tapi penurunannya itu tidak sesuai dengan harapan publik. Tidak seperti sebelum kejadian kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng," kata Burhanuddin.
Burhanuddin mengatakan temuan tersebut menjelaskan mengapa approval rating Presiden tertekan ketika publik secara umum, mayoritas mutlak mendukung langkah ekspor minyak.
"Karena meskipun dukungan publik terhadap larangan ekspor minyak goreng itu tinggi, tapi di mata publik larangan tersebut belum berhasil menurunkan harga minyak goreng sesuai ekspektasi mereka," kata dia.
Survei dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.
Target populasi survei adalah warga negara Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki telepon atau ponsel sekitar 83 % dari total populasi nasional.
Pemilihan sampel dilakukan melalui metode random digit dialing (RDD) yakni teknik memilih sampel melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak.
Dengan teknik RDD sampel sebanyak 1228 responden dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan screening.
Margin of error survei diperkirakan ±2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.