Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengelola pusat perbelanjaan menyatakan, kondisi saat ini masih belum memungkinkan omzet usaha pusat perbelanjaan naik signifikan karena perekonomian sedang berangsur pulih dari pandemi.
Konflik Rusia dan Ukraina serta kembali munculnya penyebaran Covid-19 di China, hingga kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat membuat harga jual sejumlah jenis barang yang diperdagangkan di pusat perbelanjaan naik.
"Jika kondisi Covid-19 landai, omzet usaha di tahun depan kembali seperti sebelum pandemi, tidak bisa secepat itu di kuartal III 2022," ujar anggota Dewan Pembina Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alexander Stefanus Ridwan saat dihubungi Tribunnews.com.
Dia menilai optimisme masyarakat sudah mulai bangkit dengan turunnya jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia.
Baca juga: Kebijakan Lepas Masker Dinilai Tak Berdampak Signifikan Terhadap Kunjungan ke Pusat Perbelanjaan
"Kita lihat kemarin Lebaran, salat masih banyak yang buka masker, tingkat kasus Covid-19 tidak terlalu naik. Menuju ke endemi, hampir kayak flu biasa," kata Stefanus.
Kendati pendapatan pusat perbelanjaan mulai kelihatan ada kenaikan saat pekan kedua Ramadan hingga Lebaran, tetap saja belum signifikan.
Baca juga: Pengunjung Pusat Perbelanjaan Diprediksi Naik 30 Persen Pasca Pelonggaran Pembatasan
"Belum kembali ke sebelum pandemi, pendapatan masyarakat belum pulih karena harga barang juga naik imbas perang Ukraina. Ini bukan salah pemerintah salah situasi, terigu susah, 30 persen dari Ukraina, jadi pemasok tidak bisa pasok, dan harga minyak dunia juga naik," pungkasnya.