Saham-saham dengan pembelian bersih terbesar asing adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) Rp 55,2 miliar, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) Rp 18,9 miliar dan PT Astra International Tbk (ASII) Rp 18 miliar.
Sedangkan saham-saham dengan penjualan bersih terbesar asing adalah PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) Rp 25,1 miliar, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Rp 23,4 miliar dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) Rp 9,5 miliar.
Sinyal Bank Central
Pelemahan bursa Asia dipicu oleh sinyal bank sentral yang memperkuat pesan hawkish dalam upaya untuk mengendalikan inflasi.
Sementara Jamie Dimon dari JPMorgan Chase& Co juga mengingatkan alarm pada ekonomi. Dimon memperingatkan investor untuk bersiap menghadapi badai ekonomi.
Baca juga: IHSG Dibuka Menguat 0,51 Persen ke 7.060, SMGR, INCO dan WSKT Paling Perkasa
Saham di Jepang, Australia dan Korea Selatan tergelincir.
Mengutip Bloomberg, data menunjukkan aktivitas manufaktur AS menunjukkan kemajuan yang tidak terduga, serta lowongan pekerjaan yang sangat tinggi memicu kekhawatiran Federal Reserve akan lebih memperketat suku bunga untuk memperlambat inflasi.
Investor khawatir apakah kebijakan Fed yang lebih ketat akan menyebabkan resesi.
"Kami memang melihat peningkatan kemungkinan resesi pada paruh kedua tahun ini, berpotensi bertahan hingga tahun 2023 karena The Fed terus memerangi inflasi," kata Tracie McMillion, kepala strategi alokasi aset global Wells Fargo Investment Institute kepada Bloomberg.
McMillion juga memperingatkan bahwa pasar belum sepenuhnya memperhitungkan dampak pengurangan neraca Fed.
"Dampak pengetatan kuantitatif mulai bergulir dari neraca Fed bulan ini belum benar-benar teruji dan belum pernah terjadi sebelumnya. Dugaan kami adalah bahwa mungkin itu tidak sepenuhnya dihargai ke pasar," katanya. (Herlina Kartika Dewi)