News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

The Fed Diprediksi Naikkan Lagi Suku Bunga, Begini Ramalan IHSG Sepekan ke Depan

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyawan melintas dengan latar layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (3/1/2022). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Namun dengan tingginya harga komoditas yang menyebabkan lonjakan ekspor, surplus neraca dagang berlanjut dan current account domestik masih mengalami surplus.

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova juga menilai, The Fed masih akan menaikkan suku bunga kembali sebanyak 50 bps pada dua pertemuan berikutnya, dimana pertemuan yang terdekat adalah pekan depan.

Jika melihat pasar saham secara global menjelang rapat FOMC, maka ada indikasi bahwa pelaku pasar mulai melakukan antisipasi pada Jumat (10/6). Antisipasi ini ditandai dengan aksi jual dan pelemahan indeks.

Pada Jumat (10/6/2022) kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 1,34 % ke level 7.086,64. Pelemahan ini dibarengi dengan aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp 360,12 miliar di pasar reguler.

Karena itu, pelaku pasar perlu mengantisipasi kemungkinan koreksi terhadap IHSG berlanjut dengan support terdekat di 7.000 sebagai target pelemahannya di pekan depan. Level resistance IHSG sendiri ada di level 7.300

“Selama IHSG masih belum sanggup menembus level ini, maka aksi jual akan membayangi IHSG ke depan dan mulai terbentuk lower high pada chart,” terang Ivan, Minggu (12/6/2022).

Menurut Ivan, terdapat sejumlah saham yang menarik secara teknikal untuk dicermati pekan depan, seperti BTPS, INKP, MIKA dan PGAS.

Sementara itu, Tirta merekomendasikan sejumlah saham emiten perbankan, diantaranya beli saham BBRI dengan target Rp 5.500, beli ARTO dengan target harga Rp 16.000, hold BBCA dengan target harga Rp 7.900, hold BMRI dengan target harga Rp 8.900, dan hold BBNI dengan target harga Rp 9.000.

Menurut Tirta, kenaikan suku bunga memang akan ada dampaknya bagi emiten perbankan, tapi tidak akan secara langsung. Yang perlu diperhatikan dari sektor perbankan saat ini adalah dari sisi net interest margin (NIM)

Saat ini funding perbankan memang banyak didominasi oleh dana murah atau current account saving account (CASA), sehingga cost of fund (CoF) menurun.

Ke depan, kenaikan suku bunga ini juga pastinya akan direspons oleh perbankan terutama dari sisi portfolio credit mix-nya, agar sisi NIM tidak tertekan. Bank yang punya eksposur besar terhadap UMKM atau CASA yang besar dari total funding akan cenderung diuntungkan.

“Namun ingat, adanya kenaikan giro wajib minimum (GWM) yang diakselerasi juga akan berpengaruh terhadap NIM karena yield dari remunerasi yang ditawarkan lebih rendah,” tutup Tirta.

Laporan Reporter: Akhmad Suryahadi | Sumber: Kontan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini