Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saham sektor kesehatan diprediksi bisa mendatangkan cuan oleh melonjaknya kasus baru Covid-19 menyusul munculnya subvarian virus Omicron BA.4 dan BA.5.
Kasus Covid19 subvarian baru ini juga menghantam sejumlah negara yaitu Hongkong, Filipina, Korea Utara dan Afrika Tengah.
Saat ini emiten sektor kesehatan tengah mengembangkan layanan berbasis digital sejalan dengan kenaikan permintaannya, sehingga prioritas saat ini yaitu penerapan kesehatan digital.
Rata-rata margin sektor kesehatan dengan fokus pelayanan kesehatan berada di level 23 persen, di mana PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) menduduki posisi pertama dengan margin laba bersih sebesar 28 persen, lalu diikuti PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) 23 persen, dan HEAL 17 persen.
Jika ditinjau dari pertumbuhan pendapatannya, rata-rata sebesar 34 persen, di mana PRDA memimpin sebesar 42 persen, lalu diikuti oleh HEAL 32 persen dan MIKA sebesar 27 persen.
Nico menambahkan dari sisi pertumbuhan laba bersih, PRDA menjadi leader yang tumbuh hingga 131 persen, selanjutnya MIKA 112 persen, dan MIKA tumbuh 46 persen.
Baca juga: Lima Emiten Baru Siap Melantai di Bursa Efek Indonesia
"Dengan demikian, pertumbuhan rata-rata laba bersihnya sebesar 96 persen. Selain itu, ditinjau dari kinerja saham emiten sektor kesehatan, pergerakannya relatif positif secara tahunan, di mana HEAL membukukan return 66 persen, PRDA 53 persen dan MIKA 9 persen," pungkasnya.
"Kita belum sepenuhnya berada di masa endemi dan PPKM level 1 yang masih berjalan," ujar Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus melalui risetnya, Senin (20/6/2022).
Baca juga: IHSG Anjlok Hingga 1,94 Persen ke Level 6.913, Investor Asing Buru Saham MDKA, SMMA dan ADRO
China diketahui masih berjuang melawan penyebaran varian tersebut, di mana Beijing yang kembali mengalami kenaikan setelah Shanghai sudah mulai melonggarkan mobilitasnya.
Seiring dengan transisi menuju endemi, pemerintah telah mengumumkan pelonggaran penggunaan masker di tempat terbuka.
Nico mengatakan, tingkat vaksinasi pertama dan kedua saat ini belum optimal 100 persen, tapi memang sudah di atas level 90 persenan.
"Sehingga, saat ini tingkat vaksinasi booster dipercepat. Tren kenaikan kasus ini memang cukup mengkhawatirkan," kata Nico.
Baca juga: Saham-saham di Bursa Wall Street Tumbang karena Naiknya Kekhawatiran Atas Resesi
Di tengah situasi seperti ini, dirinya memperkirakan bahwasektor kesehatan memiliki peluang untuk kembali menggeliat.
Sebab, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengklaim bahwa pendapatan sektor tersebut bisa mencapai sekitar Rp 462,13 triliun per tahun.
"Hal tersebut juga yang menarik holding company PT Astra International Tbk (ASII) untuk berinvestasi di sektor kesehatan.
Sebelumnya, Astra berinvestasi pada Halodoc dan baru saja meningkatkan investasinya pada bisnis kesehatan yang tercermin dari peningkatan porsi kepemilikan sahamnya menjadi 5,43 persen pada PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL)," tutur Nico.
Hal ini menunjukkan bahwa Astra International melihat peluang dan semakin serius dalam berbisnis di bidang kesehatan.