Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, kurs dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah terus mengalami penguatan.
Artinya, mata uang rupiah kita mengalami pelemahan yang cukup signifikan, yakni turun hingga minus 2,31 persen secara tahunan ke level Rp 14.830.
"Pelemahan tersebut merupakan yang terdalam pada satu tahun terakhir," ujar dia dalam risetnya, Selasa (21/6/2022).
Baca juga: Pagi Ini, Rupiah Menguat Tinggalkan Level Rp 14.800 Per Dolar AS
Adapun sejak pekan kedua Juni, memang rupiah sudah mulai bergerak liar dan terus melonjak, terimbas dari kenaikan suku bunga The Fed dan impor yang meningkat.
Berbicara mengenai impor, memang secara bulanan kinerjanya mengalami penurunan seiring dengan aktivitas manufaktur yang juga menurun, tapi masih berada di ambang aman atau ekspansif.
Tetapi jika dilihat secara tahunan, kinerja impor Indonesia meningkat, yang menandakan bahwa ada peningkatan aktivitas manufaktur dibandingkan tahun lalu.
"Hal ini tentunya tak lepas dari aktivitas masyarakat yang kian membaik. Sepanjang tahun 2022, barang yang memimpin aktivitas impor yaitu mesin dan peralatan mekanis, mesin dan perlengkapan elektrik, besi dan baja, gula, pupuk, logam mulia dan daging," kata Nico.
Baca juga: Pekan Depan, Laju Rupiah Diprediksi Masih Akan Tertekan
Kendati demikian, dia mengingatkan bahwa pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi pada Indonesia saja, tapi juga negara lainnya.
"Pelemahan kita dinilai yang paling resilient, bahwa pelemahannya tidak sedalam negara berkembang lainnya. Aktivitas ekspor yang masih cenderung tinggi imbas perang menjadi penopang pergerakan rupiah," pungkasnya.