Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Mandiri mengungkapkan, perekonomian Indonesia hingga akhir kuartal II-2022 menunjukkan indikator yang positif meskipun di tengah tekanan eksternal yang semakin besar.
Mulai dari adanya perang Russia-Ukraina, angka inflasi global yang meningkat dan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang cukup agresif.
Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro mengatakan, volatilitas memang meningkat pasca keluarnya angka inflasi Amerika Serikat sebesar 8,6 persen yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar dan merupakan inflasi AS tertinggi dalam 40 tahun terakhir.
Baca juga: Ekonomi Halal Terus Tumbuh, Sektor Produk Pangan Diprediksi Naik 43 Persen, Fesyen 34 Persen
Kenaikan inflasi tersebut tentu saja semakin memicu ekspektasi pasar akan kebijakan The Fed yang akan lebih ‘hawkish’ dengan kenaikan suku bunga ke depan yang tetap agresif.
Menurut Andry, perekonomian Indonesia masih menunjukkan pemulihan ekonomi yang berlanjut dengan berbagai faktor.
"Faktor pertama, dari sisi konsumsi, belanja masyarakat sepanjang kuartal II sudah mencapai level tertinggi sepanjang pandemi," papar Andry di Jakarta, (23/6/2022).
"Hal ini ditunjukkan oleh Mandiri Spending Index (MSI) dimana indeks frekuensi belanja berada di level 185,5, sementara indeks nilai belanja naik ke level 159,9, indeks tertinggi sepanjang pandemi," sambungnya.
Baca juga: Perdana Menteri Sri Lanka: Ekonomi Kita Telah Benar-benar Runtuh
Dengan demikian, lanjut Andry, hal ini mengindikasikan pemulihan ekonomi yang signifikan jika dibandingkan dengan periode dua tahun sebelumnya, yang berjalan beriringan dengan pelonggaran mobilitas masyarakat.
Kemudian, faktor kedua adalah tingkat belanja di semua wilayah kembali meningkat sejak awal Maret 2022.
Perbaikan tingkat belanja tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah yang terimbas kenaikan harga komoditas, namun juga di wilayah yang mengandalkan pariwisata.
Sebagai contoh, tren meningkatnya mobilitas masyarakat membuahkan perbaikan tingkat belanja di wilayah Bali dan Nusa Tenggara yang merupakan salah satu daerah wisata utama.
Berdasarkan data MSI, tingkat belanja di Bali dan Nusa Tenggara berangsur membaik sejak pertengahan tahun lalu tercatat mencapai level 80,6 di periode Ramadan 2022, yang merupakan level tertinggi selama pandemi.
Baca juga: Ekonomi Sri Lanka Bangkrut, IMF Diminta Jadi Pahlawan
Faktor ketiga, dari sisi produksi, pemulihan ekonomi sektoral menunjukan arah yang semakin solid, ditunjukan semakin banyak sektor dengan level PDB sektoralnya sudah melebihi level sebelum pandemi Covid-19.
Pertumbuhan ekonomi sektoral pun semakin kuat, impor bahan baku dan barang modal meningkat, mengindikasikan pergerakan ekonomi yang terus membaik.
Ekspor pun tumbuh memanfaatkan peluang pasar yang membaik di negara-negara tujuan ekspor seiring dengan pemulihan ekonomi global.
"Dari beberapa faktor tadi kita dapat melihat bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan kuartal I," ungkap Andry.
"Penghitungan berdasarkan Nowcasting kami sementara ini pertumbuhan kuartal II akan berkisar 5,2 persen - 5,3 persen seiring dengan dukungan perbaikan belanja masyarakat, pertumbuhan ekspor dan dukungan meningkatnya transaksi di tengah bulan Ramadhan yang lalu," pungkasnya.