Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kelapa sawit Indonesia dengan berbagai jenis produk turunannya merupakan komoditas yang dibutuhkan untuk kepentingan ekonomi masyarakat dan negara.
Namun mirisnya, kampanye dan isu negatif masih terus dikembangkan dan disebarkan oleh pihak anti sawit, serta negara pesaing.
"Sebab, kelapa sawit merupakan komoditas yang semua morfologi tanamannya dapat dimanfaatkan menjadi produk bernilai guna dan bernilai ekonomi tinggi," ujar CSR Officer PT Sinarmas Agribusiness and Food Donni Indra dalam kegiatan "Palm Oil Edutalk Sulawesi Selatan", ditulis Kamis (23/6/2022).
Baca juga: Ekspor Sawit Kembali Dibuka, NSS Tetap Prioritaskan Kebutuhan Pasar Domestik
Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), nilai ekspor sawit menembus 35 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekira Rp 503,4 triliun pada 2021.
Capaian tersebut mengalami peningkatan sebanyak 52 persen dibanding nilai ekspor sebesar 22,9 miliar dolar AS pada 2020.
Selain persaingan ekonomi global dan maraknya isu negatif, belum dipahaminya manfaat kelapa sawit secara menyeluruh juga menjadi tantangan yang harus segera diselesaikan.
Karena itu, Donni mengungkapkan dalam 24 jam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia bahkan dunia, ternyata didukung oleh minyak kelapa sawit.
Baca juga: Tiga Langkah Kemnaker Ciptakan Hubungan Industrial yang Kondusif di Perkebunan Sawit
"Minyak sawit bisa ditemukan dalam semua produk turunan yang digunakan baik produk pangan, oleokimia, hingga bahan bakar," katanya.
Dia menambahkan, dalam kegiatan ini juga dijelaskan cara pembuatan produk sabun dan lilin hias atau aromaterapi dari minyak goreng sawit bekas atau minyak jelantah.
"Hal ini bertujuan untuk memupuk jiwa kewirausahaan serta untuk memanfaatkan limbah sawit," pungkas Donni.