Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren penguatan dolar AS terhadap mata uang rupiah membuat sejumlah emiten di pasar modal mendapatkan keuntungan.
Analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) Raditya Pratama mengatakan, emiten yang memperoleh keuntungan dari penguatan dolar AS adalah yang bisnisnya berbasis ekspor dan memperoleh pendapatan dalam dolar AS.
Misalnya adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Vale Indonesia Tbk (VALE), PT Harum Energy Tbk (HRUM), Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
"Kemudian, PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM)," kata Raditya, Sabtu (25/6/2022).
Menurutnya, dari sejumlah emitem tersebut yang layak dikoleksi pada saat ini yaitu sektor komsumer dan basix materials, karena secara teknikal turut mendukung atau baru mulai penguatan.
"Sedangkan untuk saham-saham energi, kami proyeksikan sudah berada pada akhir penguatan," paparnya.
Untuk emiten yang tertekan penguatan dolar AS, Raditya menyebut perusahaan yang selama ini produksinya dipenuhi barang impor.
Baca juga: Sentimen The Fed Masih Jadi Penekan Laju Rupiah Melemah
"Ini mayoritas dihuni oleh emiten-emiten farmasi karena hampir mayoritas bahan bakunya impor," ucapnya.
Laju nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat (24/6/2022) sore, kembali mengalami tekanan.
Sekitar pukul 17.00 WIB, rupiah melemah tipis ke posisi Rp 14.847 dari posisi penutupan hari sebelumnya di level Rp 14.840 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Tertekan Dolar AS, Emiten Ini Dapat Keuntungan
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan, pelemahan rupiah masih dari sentimen eksternal yakni Gubernur Bank Sentral Amerika (The Fed) Jerome Powell semalam di hadapan anggota komite jasa keuangan DPR AS, menegaskan komitmennya untuk mengendalikan inflasi dengan kebijakan pengetatan moneter yang agresif.
"Di satu sisi, Bank Indonesia masih belum menaikan tingkat suku bunga acuannya, sehingga gap suku bunga acuan AS dan BI bisa makin menyempit dan ini bisa memberikan tekanan ke rupiah," papar Ariston.
Di sisi lain, kata Ariston, sentimen pasar kelihatan lebih positif terhadap aset berisiko.
"Indeks saham Asia bergerak menguat sepanjang Hari Ini, termasuk IHSG. Ini mungkin menahan pelemahan rupiah lebih dalam di perdagangan hari ini," tuturnya.