Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Bursa saham Eropa diperkirakan dibuka lebih rendah pada hari ini, Kamis (30/6/2022), akibat kekhawatiran investor mengenai resesi ekonomi global terus berlanjut.
Dikutip dari CNBC, indeks FTSE Inggris terlihat dibuka 19 poin lebih rendah pada 7.290, sementara indeks saham Jerman (DAX) turun 27 poin pada 12.979, indeks CAC 40 Prancis turun 22 poin pada 6.001, dan FTSE MIB Italia merosot 76 poin pada 21.651.
Penurunan di bursa saham Eropa dipicu oleh tingginya kekhawatiran publik terhadap inflasi yang kemungkinan akan terus meningkat. Dengan bank sentral yang secara agresif melawan inflasi dengan menaikkan suku bunga, yang dikhawatirkan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global.
Baca juga: Harga Pangan Melonjak ke Level Tertinggi Sejak 14 Tahun, Inggris Terancam Resesi
Pada perdagangan Rabu (29/6/2022) kemarin, saham Eropa ditutup lebih rendah karena sentimen pasar global tetap bearish, dengan meningkatnya kekhawatiran investor mengenai kemungkinan terjadinya resesi.
Sedangkan bursa saham China dilaporkan mengalami kenaikan hari ini, karena data pemerintah menunjukkan pabrik-pabrik di China kembali beroperasi di bulan Juni ini.
Sementara itu, indeks saham berjangka AS bergerak datar selama perdagangan pada Rabu malam, karena S&P 500 bersiap untuk mengakhiri paruh pertama terburuk dalam beberapa dekade terakhir.
Indeks saham Dow dan S&P 500 berada dalam periode tiga bulan terburuk sejak kuartal pertama 2020 ketika penguncian atau lockdown pandemi Covid-19 membuat harga saham jatuh.
Baca juga: The Fed Janjikan Kenaikan Suku Bunga, Amerika Serikat Semakin Dekat ke Jurang Resesi
Sedangkan Nasdaq Composite turun lebih dari 20 persen selama tiga bulan terakhir, ini menjadi penurunan terburuk sejak tahun 2008.
Investor juga akan terus memantau perkembangan terbaru terkait Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO di Madrid, Spanyol.
Pada KTT tersebut, Para pemimpin NATO telah mengundang Swedia dan Finlandia untuk bergabung sebagai anggota NATO, setelah Turki menarik kembali keberatannya untuk menerima Swedia dan Finlandia sebagai anggota baru NATO.
Aliansi militer ini menegaskan kembali dukungannya untuk Ukraina, serta menguraikan rencananya untuk mengubah strategi pertahanan militernya.