News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Dihantam Pandemi, INACA: Jumlah Pesawat di Indonesia Tersisa 40 Persen

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan Saat ini ketersediaan pesawat yang terbatas hanya sekitar 40 persen dibandingkan posisi sebelum pandemi

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia National Air Carriers Association (INACA) mencatat terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi sektor penerbangan selama pandemi Covid-19.

Di antaranya jumlah ketersediaan pesawat yang masih di bawah 50 persen dibandingkan sebelum pandemi Covid-19.

"Saat ini ketersediaan pesawat yang terbatas hanya sekitar 40 persen dibandingkan posisi sebelum pandemi," ujar Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja saat diskusi daring, Kamis (30/6/2022).

Berdasarkan data Kemenhub, kepemilikan pesawat AOC121 mencapai sebanyak 336, pesawat AOC135 sebanyak 222 pesawat yang dalam kategori serviceable.

Baca juga: Garuda Indonesia Akan Tambah Jumlah Operasional Pesawat Menjadi 119 Unit

Turun sekitar 40 persen dari sebelum pandemi yaitu 561 yang AOC121, dan 304 yang AOC135.

Selain itu, kendala lainnya adalah masih terbatasnya jam operasional bandara di beberapa wilayah Indonesia. Ditambah referensi airlines saat ini, ucap Denon, hanya beberapa rute prioritas.

"Slot yang masih perlu kita optimalkan. Kemudian, terkait restrukturisasi utang dan stimulus, dan upaya negosiasi dengan lessor untuk skema baru sewa pesawat," kata Denon.

Baca juga: Garuda Indonesia Perkuat Segmen Penerbangan LCC Lewat Anak Usaha Citilink

Namun, selain sejumlah tantangan tadi, menurut Denon, terdapat beberapa peluang yang dapat diambil oleh pelaku sektor penerbangan.

Di antaranya, melakukan optimalisasi bisnis kargo dan penyelenggaraan perintis di rute-rute traffic rendah.

"Kemudian, optimisme pada isu-isu keberlanjutan di mana diperlukan cara baru di normal baru di tengah kebijakan yang ketat dan ancaman depresi ekonomi," ucap Denon.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini