Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, COLOMBO - Menteri Pelabuhan, Perkapalan dan Penerbangan Sri Lanka, Nimal Siripala de Silva mengatakan undang-undang yang ada harus diubah, agar sektor swasta bisa mengimpor avtur sebagai bahan bakar pesawat jet sejak Sri Lanka dilanda krisis energi.
Krisis energi di Sri Lanka saat ini sangat mempengaruhi berbagai sektor bisnis. Dia menyebutkan, jumlah penerbangan yang mendarat di Sri Lanka semakin merosot karena krisis valuta asing yang dialami Sri Lanka saat ini.
Kondisi ini sangat memukul industri pariwisata, aktivitas ekspor dan investasi asing di negara itu.
Pernyataan tersebut disampaikannya baru-baru ini kepada perwakilan maskapai penerbangan Sri Lanka.
Dikutip dari Dailynews.lk, Kamis (30/6/2022), dalam pertemuan tersebut, perwakilan maskapai penerbangan mengeluhkan makin sulitnya memperoleh bahan bakar jet untuk pesawat untuk memasok kebutuhan armada pesawat maskapai lokal maupun maskapai penerbangan asing yang menerbangi Sri Lanka.
Beberapa maskapai telah mengurangi penerbangan mereka ke Sri Lanka karena menipisnya penyimpanan bahan bakar jet di negara itu.
Baca juga: 26 Layanan Kereta Api di Sri Lanka Dibatalkan karena Kekurangan Pasokan Bahan Bakar
Sebelumnya, Ceylon Petroleum Corporation (CPC) yang selama ini memonopoli hak impor bahan bakar jet dan akan mengizinkan agennya mengimpor, menyimpan, dan menjual bahan bakar jet langsung ke pengguna.