Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan rupiah terhadap dolar AS diyakini hanya bersifat jangka menengah seiring akan didongkraknya suku bunga acuannya Bank Indonesia (BI).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelemahan rupiah hari ini hingga tembus di atas Rp 15.000 per dolar AS didorong kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
"Kekhawatiran pertumbuhan ekonomi Tiongkok meningkat setelah Shanghai kembali melakukan tes massal Covid-19, sehingga dikhawatirkan salah satu pusat ekonomi Tiongkok tersebut kembali di-lockdown oleh pemerintah Tiongkok," kata Josua saat dihubungi, Rabu (6/7/2022).
Baca juga: Hari Ini Rupiah dan IHSG Terkapar, Mata Uang Garuda Tipis Mendekat Rp 15.000/Dolar AS
Menurutnya, rupiah bergerak melemah di awal sesi tetapi pada sesi kedua nilai tukar rupiah mampu memangkas pelemahannya, sehingga hanya melemah 0,06 persen ke level 14.997 per dolar AS di akhir sesi.
"Kami perkirakan pelemahan nilai tukar masih cenderung bersifat jangka menengah, sehingga diperkirakan pada bulan Agustus mendatang, rupiah akan mulai menguat secara gradual karena proyeksi kebijakan yang less hawkish dari Fed pasca mulainya perlambatan ekonomi AS," paparnya.
Baca juga: Pemerintah dan Bank Indonesia Diminta Jaga Inflasi Agar Rupiah Tak Semakin Terpuruk
Ia menyebut, rupiah diperkirakan mampu memangkas pelemahannya di akhir tahun, terutama akibat dimulainya peningkatan suku bunga BI.
"Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 14.550-14.750 di akhir tahun. Sementara pada hari Kamis, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 14.950-15.050 per dolar AS," ucapnya.