Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Bank sentral Amerika Serikat, The Fed, mengungkap rencananya menaikkan lagi suku bunga acuan sebesar 50 hingga 75 basis poin pada Juli 2022 ini.
Langkah tersebut akan diambil The Fed sebagai antisipasi jika laju inflasi di AS melesat sebanyak 2 persen.
Meski naik tipis, namun lonjakan inflasi telah memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi apabila inflasi tersebut tak kunjung dihentikan.
Ini mengingat saat ini inflasi di AS telah melesat ke level tertinggi, bahkan sejak Mei 2021 hingga bulan Juni 2022 indeks harga konsumen AS telah meningkat sebanyak 6,3 persen.
Dorongan inilah yang membuat The Fed mengambil keputusan agresif dengan mengerek laju suku bunganya. Meski masih wacana namun dengan mengekang kebijakan moneternya, The Fed percaya bahwa cara tersebut dapat menghambat percepatan inflasi di negaranya.
Baca juga: Sinyal The Fed Akan Kembali Kerek Suku Bunga Apabila Inflansi Makin Membengkak
“Dorongan agresif The Fed untuk mengekang inflasi terpanas dalam 40 tahun telah mengguncang pasar keuangan, namun pengetatan kebijakan dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi untuk sementara waktu.” jelas risalah pertemuan kebijakan Komite Pasar Terbuka Federal yang dirilis di Washington, Rabu (6/7/2022).
Mengutip dari Al Jazeera, selain mengalami peningkatan inflasi Amerika Serikat saat ini juga tengah mengalami penurunan produksi manufaktur, imbas melemahnya daya konsumsi masyarakat.
Baca juga: Analis: Suku Bunga The Fed dan Ancaman Resesi Biang Kerok Rupiah Jatuh Hampir Rp 15.000/USD
Kondisi inilah yang makin mendorong The Fed untuk mengekang kebijakan moneternya, demi menurunkan angka inflasi sambil menjaga pasar tenaga kerja agar tetap kuat.
Namun apabila dalam beberapa pekan inflasi tidak menunjukan peningkatan, maka kebijakan The Fed untuk menaikan suku bunga acuan akan dibatalkan.