Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Dana Moneter Internasional (IMF) ikut memantau situasi krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Sri Lanka.
Selain itu, IMF juga mengharapkan pembicaraan mengenai program bailout dengan Sri Lanka dapat segera dilanjutkan.
Ribuan pengunjuk rasa anti pemerintah di Sri Lanka Sabtu (9/7/2022) lalu menyerbu kediaman resmi Presiden Gotabaya Rajapaksa, menuntut pengunduran dirinya atas krisis ekonomi yang melanda negara itu.
Para pengunjuk rasa juga membakar kediaman pribadi Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe bahkan setelah dia menawarkan diri untuk mengundurkan diri.
Dilansir dari thehindu.com, Senin (11/7/2022) IMF telah menyelesaikan putaran pembicaraan tingkat kebijakan dengan Perdana Menteri Wickremesinghe yang juga menjabat sebagai Menteri Keuangan dan terdapat beberapa masalah keuangan yang harus diselesaikan.
Pada saat yang sama, Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Nandalal Weerasinghe mengatakan target program moneter telah selesai.
“Kami memantau dengan cermat perkembangan yang sedang berlangsung di Sri Lanka,” kata Peter Breuer, Kepala Misi Senior IMF untuk Sri Lanka.
Baca juga: IMF Desak Dikeluarkannya Resolusi untuk Buka Peluang Bailout ke Sri Lanka
“Kami berharap dapat menyelesaikan situasi saat ini yang memungkinkan dimulainya kembali dialog kami tentang program yang didukung IMF, sementara kami berencana melanjutkan diskusi teknis dengan rekan-rekan kami di Kementerian Keuangan dan Bank Sentral Sri Lanka,” imbuhnya.
Baca juga: Laju Inflasi Sri Lanka Diprediksi Sundul 70 Persen dalam Beberapa Bulan Mendatang
Di sisi lain, IMF juga menyampaikan rasa keprihatinannya atas krisis ekonomi yang melanda Sri Lanka dan menegaskan kembali komitmen IMF mendukung Sri Lanka di masa sulit.
IMF secara resmi akan menyetujui kesepakatan sampai diskusi restrukturisasi dengan kreditur dimulai, tetapi kesepakatan tingkat staf diharapkan sudah terjalin pada Agustus 2022.