News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rabu Sore Rupiah Menguat Terhadap Dolar AS, Kini di Level Rp 14.985

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Karyawan menunjukkan mata uang Rupiah dan Dolar AS di tempat penukaran uang di Jakarta, Kamis (14/10/2021). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian menguat pada Rabu (13/7/2022) sore.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kian menguat pada Rabu (13/7/2022) sore.

Melansir Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, tercatat nilai tukar Rupiah di level Rp 14.985.

Pada Selasa (12/7/2022) nilai tukar Rupiah ditutup di level Rp 14.993.

Baca juga: Jelang Rilis Inflasi Amerika Serikat, Rupiah Bergerak Menguat Pagi Ini

Analis Pasar Uang Ariston Tjendra sebelumnya sempat memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah mungkin bisa melemah terhadap dolar AS.

“Potensi pelemahan ke arah Rp15.050, dengan support di kisaran Rp14.970,” ucap Ariston kepada Tribunnews.com, Selasa (12/7/2022).

Menurut Ariston, fluktuasi nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara lain akan terpengaruhi sentimen The Fed yang makin menguat dan kekhawatiran pasar terhadap inflasi meninggi.

Pasar berekspektasi besar bahwa Bank Sentral AS akan kembali menaikan suku bunga acuannya di bulan Juli ini sebesar 75 basis poin dan di bulan September 50 basis poin.

Tekanan inflasi yang masih tinggi dan situasi ketenagakerjaan yang membaik di AS mendorong ekspektasi tersebut.

Selain hal tersebut, nilai tukar dolar AS akan terpengaruh data inflasi konsumen AS bulan Juni yang akan dirilis hari Kamis ini diekspektasikan akan mencetak rekor tertinggi baru dalam 49 tahun, 8,8 persen.

Baca juga: Rabu Pagi, Rupiah Kembali Menguat ke Level Rp 14.975 Per Dolar AS

“Agresivitas The Fed dalam menaikan suku bunga ini melebihi bank sentral lainnya mendorong penguatan dollar AS. Selain itu, meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap inflasi dan resesi mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS sehingga dolar AS semakin menguat,” ucap Ariston.

“Dunia dihadapkan pada kenaikan harga energi dan pangan akibat perang yang menyebabkan harga barang konsumsi naik. Ini bakal mengikis daya beli masyarakat dan akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini