Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati meminta pemerintah menjaga daya beli masyarakat di dalam negeri seiring melonjaknya inflasi Amerika Serikat (AS) mencapai 9,1 persen.
"Tingginya inflasi AS tahun ini tentu berdampak ke beberapa negara termasuk ke Indonesia," kata Anis saat dihubungi, Kamis (14/7/2022).
Menurutnya, inflasi di AS berkaitan erat dengan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) dalam meredam angka inflasi di negaranya.
Baca juga: Bursa Saham Eropa Melemah Menyusul Dirilisnya Data Inflasi Amerika Serikat
"Ini dapat mendorong kenaikan dolar AS, memicu capital outflow (modal asing keluar RI), dan juga kenaikan harga komoditas yang nantinya akan berdampak pada kenaikan inflasi di negara kita," papar politikus PKS itu.
Anis menyebut, sebenarnya di satu sisi kenaikan komoditas seperti batubara, sawit akan menguntungkan bagi Indonesia merupakan negara eksportir komoditas tersebut.
Tetapi untuk minyak mentah akan berbeda nasibnya, sebab Indonesia menjadi negara importir.
"Saat ini yang paling penting adalah bagaimana pemerintah menjaga daya beli masyarakat, karena inflasi akan berdampak pada kenaikan harga, yang saat ini tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan, utamanya bagi kalangan menengah ke bawah," ucapnya.
Baca juga: Mendag Zulkifli Hasan Sebut Inflasi Naik Tak Masalah Jika Uang Masyarakat Banyak
Ia menilai, kondisi masyarakat saat ini sedang dalam masa pemulihan akibat dampak pandemi, dan sangat disayangkan masyarakat harus langsung dihadapkan pada melambungnya harga berbagai kebutuhan pokok yang akan semakin menurunkan daya beli.
"Pemerintah harus menjaga stabilitas harga BBM dengan berupaya keras untuk tidak menaikkan BBM, listrik dan juga gas karena hal ini akan semakin memberatkan beban masyarakat. Apalagi dengan PPN kita yang juga baru saja naik menjadi 11 persen," paparnya.