News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Resesi Dunia

Sri Mulyani: Harga Pangan Dunia Masih Akan Naik hingga 20 Persen di Akhir 2022

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dunia sedang menyaksikan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam masalah kelaparan global.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dunia sedang menyaksikan peningkatan yang mengkhawatirkan dalam masalah kelaparan global.

Perang di Ukraina dan pembatasan ekspor memperburuk efek pandemi Covid-19, yang mengakibatkan ketidaksesuaian permintaan dan pasokan, sehingga mendorong harga pangan ke rekor tertinggi.

"Harga pangan dunia melonjak hampir 13 persen pada Maret, ini mencapai level tertinggi baru, dan kemungkinan akan naik lebih jauh. Berpotensi (naik) hingga 20 persen menjelang akhir 2022," ujarnya dalam acara High Level Seminar: Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity di Nusa Dua, Bali, ditulis Minggu (17/7/2022).

Baca juga: Sri Mulyani Bilang Krisis Pangan sebagai Dampak Perang Bikin Sulit Menkeu Negara G20

Tantangan terhadap ekonomi global yang kemungkinan akan terus berlanjut jadi faktor utama harga pangan tetap tinggi di masa mendatang.

"Situasi kita di sini pada 2022, diproyeksikan akan semakin memburuk, dan ini bukan kabar baik bagi kita semua. Covid-19 belum terselesaikan serta perang yang sedang berlangsung di Ukraina, kemungkinan akan memperburuk kerawanan pangan akut pada 2022 yang sudah parah seperti kita lihat," kata Sri Mulyani.

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Krisis Pangan Dapat Berlangsung Hingga Tahun Depan

Selain itu, dia menambahkan, krisis pupuk yang mengancam juga berpotensi memperburuk dan memperpanjang krisis pangan, bahkan hingga 2023 dan seterusnya.

"Ada urgensi, di mana krisis pangan harus ditangani. Pengerahan semua mekanisme pembiayaan yang tersedia segera diperlukan untuk menyelamatkan nyawa dan memperkuat stabilitas keuangan, serta sosial," pungkas eks direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini