Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, AUCKLAND – Badai inflasi yang melanda banyak negara kini juga merembet ke New Zealand alias Selandia Baru ditandai dengan Indeks harga konsumen (IHK) Selandia Baru yang naik 7,3 persen pada kuartal kedua tahun ini.
Ini merupakan lonjakan indeks harga konsumen tercepat di Selandia Baru sejak kuartal Juni 1990 ketika harga naik 7,6 persen,
Sedangkan pada kuartal pertama tahun ini, indeks harga konsumen Selandia Baru hanya berada di kisaran 6,9 persen.
“CPI naik 1,7 persen kuartal ke kuartal, sedikit lebih lambat dari kenaikan 1,8 persen pada kuartal pertama.” Kata Badan Statistik Selandia Baru.
Dilansir dari CNBC, Senin (18/7/2022) Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) telah menaikkan suku bunga menjadi 2,50 persen dari rekor terendah 0,25 persen pada Oktober tahun lalu.
ASB Bank mengatakan, inflasi tahunan Selandia Baru untuk saat ini mungkin telah mencapai puncaknya.
Baca juga: Ancaman Resesi di Depan Mata, Ekonom Ajak Masyarakat Perbanyak Tabungan
"Risiko inflasi tinggi yang mengakar membuat beban pada RBNZ hingga mempercepat kenaikan OCR dan adanya pengaturan moneter yang ketat ini dapat digunakan untuk bersandar pada tekanan inflasi," kata ASB Bank.
Akibat tekanan inflasi, membuat dolar Selandia Baru naik, bahkan kenaikannya lebih tinggi dari yang diperkirakan banyak orang.
Baca juga: Inflasi AS Terus Melonjak, Ribuan Warga Rela Mengantre Demi Bantuan Pangan
Menurut Badan Statistik Selandia Baru, penyebab utama inflasi tahunan sebesar 7,3 persen adalah kenaikan harga untuk konstruksi dan persewaan perumahan.
Di sisi lain, Pemerintah Selandia Baru pada hari Minggu (17/7) bergerak untuk mengimbangi beberapa tekanan inflasi dengan memperpanjang durasi pemotongan pajak cukai bahan bakar, biaya pengguna jalan dan tarif angkutan umum.