Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat properti Matius Jusuf mengatakan, harga properti memang berpotensi naik tinggi seperti kata Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Penyebabnya adalah kenaikan inflasi ke depan, karena bahan bangunan yang didukung oleh 178 jenis industri akan ikut terkerek naik.
"Mau pabrik atau apapun terdapat kenaikan harga dan UMR juga naik terus. Multiplier efek yang naik dan harga properti hampir 10 tahun tidur, sehingga bagi developer nanti dengan harga (bahan bangunan) sekarang tidak bisa bangun menyebabkan akan naik gila-gilaan akhir tahun," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Selasa (26/7/2022).
Baca juga: REI dan AREBI Berkolaborasi untuk Menggairahkan Sektor Properti
Selain itu, Matius mengungkapkan, bahwa siklus industri properti sedang ancang-ancang menuju tren kenaikan sejak terakhir 2012 silam.
"Terakhir naik banyak 10 tahun lalu atau sejak 2012. Kemudian menurun dan sekarang kena pandemi Covid-19 bikin turun lagi, orang rem beli properti, tapi nanti akan beli lagi," katanya.
Baca juga: Garap Pasar Properti di Tangerang yang Tumbuh Pesat, LPKR Luncurkan Cendana dan Brava
Sementara itu, dia menilai beberapa pengembang memilih untuk membangun proyek sekarang meski permintaan masih sedikit, daripada nanti harga bahan bangunan mahal.
"Banyak yang jual ready stock karena mereka bisa jual harga lama. Kalau bangun proyeknya nanti, maka harga baru," pungkas Matius.