News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Food Estate Dinilai Bukan Program Gagal, Petani: Tidak Bisa Main Sulap, Perlu Adaptasi

Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi food estate. Rencana 'Food Estate' yang diinisiasi Kementerian Pertanian RI dinilai positif guna merealisasikan kemandirian pangan di Indonesia.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willy Widianto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia kini sedang dalam ancaman krisis pangan imbas dari pandemi covid-19 yang entah kapan usai ditambah lagi invasi Rusia ke Ukraina yang berdampak kepada naiknya harga gandum.

Rencana 'Food Estate' yang diinisiasi Kementerian Pertanian RI dinilai positif guna merealisasikan kemandirian pangan di Indonesia.

"Saat ini enggak ada tempat lahan lagi di Jawa, dan Food Estate merupakan kesempatan baik," kata Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Yadi Sofyan Noor saat dihubungi wartawan, Rabu (27/7/2022).

Baca juga: Guru Besar IPB Ini Optimis Program Food Estate Cegah Krisis Pangan Bisa Terwujud

Berdasarkan pengamatannya saat berkunjung ke lokasi-lokasi 'Food Estate' belakangan ini, Yadi mengatakan, realisasi lahan baru terbilang cukup cepat yaitu mencapai 28 ribu hektare dari proyeksi pembukaan lahan baru sebesar 65 ribu hektare.

"Jadi kalau kita lihat langkah pemerintah itu sangat baik. Kami sangat dukung," katanya.

Di sisi lain ia mengakui pencetakan lahan sawah baru di luar Pulau Jawa memang tidak bisa semulus di Pulau Jawa, sehingga membutuhkan waktu untuk bisa menghasilkan produksi tinggi karena terkait kesuburan lahan dan faktor terkait lainnya.

"Kita tidak bisa main sulap, dicetak langsung bisa produksi tinggi. Karena lahan pertanian, terutama sawah, perlu adaptasi," katanya.

Baca juga: Antisipasi Krisis Pangan, Sekolah Khusus Food Estate Disarankan Segera Dibentuk

Menurutnya, 'Food Estate' tidak bisa langsung dilabeli proyek yang tidak berhasil hanya karena pencetakan lahan baru dan produksi yang dihasilkan di dalamnya belum bisa mengimbangi penyusutan lahan pertanian lokal yang mencapai 150 ribu hektare per tahun.

"Enggak bisa dibilang gitu (gagal), baru dicetak sudah dibilang gagal. Kita butuh waktu. Seperti saya pengalaman ke lokasi transmigrasi dulu itu, memang awal-awal tidak bisa langsung produktif," katanya.

Ia meyakini kecukupan pangan lokal akan bisa terjaga seiring dengan upaya pemerintah untuk memenuhinya, yang salah satunya melalui program Food Estate. "Karena ya Kementerian Pertanian, kalau bahasa saya, sudah habis-habisan juga menjaga pangan kita," ujarnya.(Willy Widianto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!

Berita Populer

Berita Terkini