Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diharapkan tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga acuan. Arah kebijakan diminta tetap dipertahankan dalam level 3,5 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, perekonomian Indonesia tengah tahap pemulihan setelah terdampak pandemi Covid-19. Sehingga BI diharapkan tidak buru-buru menaikkan suku bunga acuan.
"Kami berharap BI tidak perlu buru-buru menaikkan suku bunga acuan," ujar Airlangga saat konferensi pers di Jakarta Pusat, Jumat (5/8/2022).
Baca juga: Airlangga Hartarto Sebut Perekonomian Indonesia Lebih Kuat Dibanding Negara Lain, Ini Indikatornya
Airlangga menuturkan, saat ini kondisi nilai tukar rupiah dalam kondisi stabil dibawah Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diantara 6.500 hingga 7.000.
"Saat ini cadangan devisa Juli pun terpantau masih tinggi sebesar 132 miliar dolar AS dan rasio utang turun dilevel 32 persen terhadap PDB (Produk Domestik Bruto)," imbuh Airlangga.
Selain itu, ucap Airlangga, sisi kredit perbankan tercatat tumbuh 10,66 persen year on year (yoy) pada Juni 2022, dengan tingkat Non Performing Loan (NPL) terjaga pada level 2,86 persen persen.
"Pertumbuhan dana pihak ketiga jauh lebih tinggi sebesar 9,13 persen year on year," terangnya.
Tingkat suku bunga acuan Indonesia, kata Airlangga, melihat dari inflasi yang mencapai 4,94 persen yoy dan inflasi inti sebesar 2,86 persen yoy. Sehingga angkanya masih rendah dan ekonominya masih pemulihan.
Baca juga: Menko Airlangga: Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini 5,2 Persen
Di tengah ketidakpastian global, kata Airlangga, indikator sektor eksternal Indonesia relatif baik dan terkendali yang tercermin dari neraca perdagangan sepanjang Semester I mencapai 24,89 miliar dolar AS atau lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat 11,84 miliar dolar AS.
"Kemudian transaksi berjalan hingga kuartal I 0,07 persen terhadap PDB," tuturnya.