TRIBUNNEWS.COM – Di tengah panasnya hubungan antara China dengan Taiwan menyusul kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taipei, dua negara Baltik memutuskan hubungan kerja sama dengan Beijing.
Dua negara tersebut adalah Latvia dan Estonia, keduanya menyusul negara Lithuania yang sebelumnya juga melakukan hal yang sama.
China melakukan kerjasama dengan 16 negara-negara di Eropa timur dan tengah yang dikenal sebagai format 16+1 sejak 2012. Kelompok tersebut bekerja sama untuk mempromosikan proyek infrastruktur dan pembangunan bersama antara Beijing dan sejumlah negara Eropa.
Lithuania meninggalkan kelompok itu tahun lalu karena hubungannya dengan China memburuk setelah Vilnius (ibu kota Lithuania) mengizinkan Taiwan untuk membuka kedutaan de facto di wilayahnya. Beijing, yang memandang pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai bagian dari China, membalas dengan menarik duta besarnya dari Lituania dan memberlakukan pembatasan perdagangan di negara itu.
Baca juga: Korea Selatan dan China Ribut Soal Perisai Rudal AS
Sekarang, Latvia dan Estonia telah mengumumkan bahwa mereka juga mengakhiri kerja sama dengan Beijing dengan mengeluarkan pernyataan yang hampir identik.
Riga (kota pemerintahan Latvia) mengatakan keputusan itu dibuat "mengingat prioritas saat ini dari kebijakan luar negeri dan perdagangan Latvia." Tallinn (Estonia) tidak memberikan alasan sama sekali, tetapi menekankan bahwa Estonia tidak menghadiri pertemuan format apa pun sejak pertemuan puncak Februari lalu.
Penarikan itu terjadi di tengah lonjakan ketegangan atas Taiwan yang dipicu oleh kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi awal bulan ini.
Kedua negara telah berjanji untuk “terus bekerja menuju hubungan yang konstruktif dan pragmatis dengan China, yang mencakup memajukan hubungan UE-China sejalan dengan tatanan dan nilai internasional berbasis aturan seperti hak asasi manusia.”
“Kami menghormati dan mendukung keputusan berdaulat Estonia dan Latvia untuk tidak lagi berpartisipasi dalam inisiatif 16+1,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel, menambahkan bahwa langkah itu merupakan hasil dari keprihatinan mendalam tentang keselarasan strategis China dengan Rusia.
Menurut Patel, memperkuat hubungan dengan mitra di Eropa adalah “pilar pendekatan pemerintahan [AS] ini” ke Beijing.
Baca juga: Taiwan Tolak Gagasan Pembentukan ‘Satu Negara Dua Sistem’ yang Diusulkan China
Menteri Luar Negeri Lithuania Gabrielius Landsbergis juga menyambut baik keputusan tetangga negaranya, bersikeras bahwa kelompok itu "sudah berlebihan dan memecah belah jauh sebelum Lithuania berhenti." Landsbergis menyarankan format baru untuk kerjasama dengan Beijing, yang menurutnya harus “EU27+1”.
Bulgaria, Kroasia, Republik Ceko, Yunani, Hongaria, Polandia, Rumania, Slovakia, dan Slovenia termasuk di antara negara-negara yang masih tetap dalam kerangka asli, yang kini telah dikurangi menjadi 14+1.