News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Bos Startup Putar Otak Agar Bisa Bertahan Hadapi Badai Krisis Ekonomi

Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah pendiri startup nasional dalam diskusi dengan tema 'Fenomena Bubble Burst: Jalan Terjal Start-up Indonesia'.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan rintisan (startup) memutar otak agar tetap bisa bertahan melewati badai krisis ekonomi imbas pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Hal itu diceritakan sejumlah pendiri startup nasional dalam diskusi dengan tema 'Fenomena Bubble Burst: Jalan Terjal Start-up Indonesia'.

CO-Founder & CTO of HappyFresh, Fajar A Budiprasetyo mengatakan, kunci agar perusahaan startup tetap bisa bertahan di setiap badai krisis yakni harus mengerti pasar atau market.

Baca juga: Marak Startup Berguguran, John Riady:Usaha Rintisan Masih Sangat Membutuhkan Likuiditas yang Tebal

Menurutnya, setiap kesulitan-kesulitan yang ada di market harus dipenuhi.

"Apa sih yang market mau? Apa sih kesulitan-kesulitan yang ada di grocery (kebutuhan sehari-hari) itu. Lalu kita adaptasi," kata Fajar, dikutip Sabtu (20/8/2022).

Kata Fajar, perusahaan rintisan harus pandai-pandai melihat peluang karena di setiap permasalahan, pasti ada kesempatan.

Ketika pandemi muncul, situasi dan kondisi mendukung hampir semua aktivitas usaha dilakukan secara online, hal tersebut menjadi berkah.

"Produk yang dipasarkan harus memenuhi permasalahan dan menjadi solusi bagi masyarakat atau pelanggan," kata dia.

CEO Paxel, Zaldy Ilham Masita mengatakan, perusahaan rintisan juga harus pandai melihat peluang yang ada di pasar. 

Ia mencontohkan apa yang terjadi kepada dirinya ketika merintis Paxel.

Baca juga: Startup Unicorn Ajaib Ajak Gubernur Ganjar Edukasi Generasi Milenial Hindari Investasi Bodong

Pertama kali berdiri, Paxel fokus kepada pengiriman barang dalam waktu sehari (sameday delivery) di dalam kota dan luar kota.

"Sameday delivery saat itu masih kosong berbeda dengan reguler delivery, kalau kita ikut masuk juga akan berdarah-darah," kata Zaldy.

Namun lambat laun, Paxel kebanjiran pengiriman makanan dan makanan beku (frozen food). Padahal, kata Zaldy, Paxel tidak melayani pengiriman makanan dan frozen food.

Artinya, setiap perusahaan yang ingin bertahan di setiap badai, maka harus bisa menyesuaikan pasar. "Waktu itu makanan dan frozen food 80 persen," kata dia.

Baca juga: Legislator: Perkembangan Startup sangat Bermanfaat bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sementara CEO Mekari Suwandi Soh menilai, yang paling utama harus dilakukan oleh perusahaan rintisan ialah membuat produk berkualitas dan sesuai dengan pasar. 

"Kita bertemu beberapa mentor dan mulai dapat pencerahan bahwa ternyata Indonesia kesempatan lebih besar. Jadi mendingan dominan di Indonedia daripada jadi salah satu pemain kecil secara global," kata Suwandi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini