TRIBUNNEWS.COM - Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar tidak menaikkan harga Pertalite dan Solar bersubsidi dalam waktu dekat.
Fahmy menyebut kenaikan harga Pertalite dan Solar akan berimbas buruk bagi ekonomi di Indonesia.
Hal itu disampaikan Fahmy saat menjadi narasumber dialog Overview Tribunnews, Kamis (25/8/2022).
"Saya betul-betul mohon kepada Pak Jokowi, saat ini tolong jangan dinaikkan dulu harga Pertalite dan Solar."
"Imbasnya akan menurunkan daya beli, konsumsi, dan pertumbuhan ekonomi yang sudah susah payah dicapai Jokowi 5,4 persen ini akan terganggu sudah pasti," ungkap Fahmy.
Menurutnya, pemerintah dihadapkan pada pilihan yang sulit.
Baca juga: Anggota DPR: Kenaikan Harga BBM akan Berdampak Pada Kehidupan Nelayan
Meski demikian, Fahmy meyakini Jokowi tidak akan memutuskan untuk menaikkan harga BBM bersubsidi dalam waktu dekat sebagaimana dikatakan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan.
"Karena di berbagai kesempatan Jokowi mengatakan opsi yang dipilih adalah yang tidak memberatkan rakyat miskin," ungkap Fahmy.
Sumbang Inflasi
Lebih lanjut, Fahmy memaparkan, kenaikan harga Pertalite dan Solar bersubsidi akan menyulut inflasi.
"Berdasarkan itungan saya, kenaikan Pertalite sampai Rp 10.000, juga Solar sampai Rp 8.500, itu sudah pasti memberikan sumbangan terhadap inflasi sekitar 2,4 persen kalau kenaikan keduanya dilakukan secara serentak."
"Nah padahal inflasi berjalan year of year sudah mencapai 5 persen lebih, sehingga kalau keputusannya adalah menaikkan, pasti akan menyulut inflasi, besarnya sekitar 7,4 persen," urainya.
Baca juga: Di Indonesia Harga Pertalite Diisukan Naik, Pemerintah Malaysia Malah Turunkan Harga BBM
Lanjut Fahmy, inflasi yang tinggi akan menurunkan daya beli yang akhirnya mengganggu pertumbuhan ekonomi.
"Selain itu ini akan menambah beban rakyat miskin karena harga kebutuhan-kebutuhan pokok pasti naik."
"Nah rakyat miskin yang bahkan tidak pernah menikmati subsidi karena tidak mempunyai kendaraan bermotor, ikut kena imbasnya," ungkap Fahmy.
Statement Luhut
Diberitakan Kontan.co.id sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Presiden Jokowi kemungkinan akan mengumumkan kebijakan terbaru mengenai BBM pekan ini.
Harga Pertalite disebut-sebut akan naik menjadi Rp 10.000 per liter, atau meningkat Rp 2.350 dari posisi saat ini Rp 7.650 per liter.
“Menaikkan harga pertalite yang kita subsidi cukup banyak dengan juga tadi solar, itu modeling ekonominya saya kira sudah dibuat."
"Nanti mungkin minggu depan (minggu ini, red) presiden akan mengumumkan mengenai apa, bagaimana mengenai kenaikan harga ini," jelas Luhut dalam Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin, Jumat (19/8/2022).
Ia menambahkan, presiden sudah mengindikasikan (harga BBM) tidak mungkin kita pertahankan terus demikian, karena harga BBM di Indonesia adalah yang termurah di kawasan.
"Kita jauh lebih murah dari yang lain, itu beban terlalu besar kepada APBN kita,” imbuhnya.
Ia mengatakan, APBN telah menanggung subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 502 triliun. Nilai tersebut setara dengan 18,21 persen target APBN tahun 2021 yang sebesar Rp 2.750 triliun.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Kontan.co.id/Vendy Yhulia Susanto)