Mayoritas konsumen masih memilih lebih banyak berbelanja online, meskipun di antara mereka sudah berbelanja secara offline, baik di supermarket, minimarket, maupun pasar dan toko konvensional seminggu sekali atau lebih.
Khususnya konsumen Indonesia (59 persen) yang mengaku lebih sering berbelanja online saat ini dibandingkan dengan 6 bulan lalu.
E-commerce adalah saluran belanja online paling banyak digunakan konsumen, dibandingkan melalui media sosial, aplikasi transportasi, maupun situs resmi.
Kategori produk yang banyak dibeli konsumen Indonesia secara online yaitu fashion dan pakaian olahraga (75 persem), top up saldo e-wallet maupun pembayaran tagihan (70 persen), serta makanan dan minuman (55 persen).
Lebih rinci, gen Z dan milenial lebih sering menggunakan jasa layanan antar-pesan dan pembayaran digital dibandingkan gen X.
Tan menyebut, dengan sebagian besar Asia Tenggara bertransisi ke fase endemik Covid-19 dan mengatasi inflasi, semakin penting bagi para pemimpin untuk melatih ketahanan dan pandangan ke depan jangka panjang untuk beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan kompleks.
"Masa inflasi memang menantang—bagaimana kita akan berinovasi? Sesuaikan strategi penetapan harga? Pikirkan kembali diferensiasi merek? Di tengah ketidakpastian, jalan ke depan perlu menentukan apa yang tepat untuk konsumen Anda, menyeimbangkan keuntungan jangka pendek dan risiko jangka panjang dan yang paling penting, membangun empati Anda untuk menciptakan hubungan nyata dengan konsumen serta mengambil tindakan yang relevan," terangnya.
Dalam laporan Ipsos Global Advisor – What Worries The World, 67 persen masyarakat dunia pesimis dengan situasi ekonomi negaranya.
Namun berbeda dengan masyarakat Indonesia, yang mayoritas 61 persen menyatakan situasi ekonomi nasional saat ini baik.
Secara peringkat Indonesia berada pada peringkat ketiga tertinggi dibandingkan negara lainnya, setelah Arab pada peringkat pertama (97 persen) dan India peringkat kedua (78 persen).
Pada laporan Ipsos SEA Ahead gelombang ke-6, diketahui rata-rata (54 persen) masyarakat Asia Tenggara mengaku optimis akan ekonomi nasional negaranya akan lebih kuat dalam 6 bulan ke depan.
Indonesia sendiri, optimisme masyarakatnya (77 persen) berada pada peringkat tertinggi dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya.
"Meskipun inflasi dan ekonomi global yang tak menentu, tetapi dari hasil kedua survei yang dilakukan Ipsos, baik SEA Ahead maupun Global Advisor, keduanya secara konsisten menunjukkan adanya sentimen positif masyarakat terhadap iklim ekonomi nasional saat ini dan ke depannya. Tinggnya optimisme masyarakat ini sangat berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi dan konsumsi masyarakat itu sendiri," ujar Soeprapto Tan.