Laporan wartawan Tribunnews, Mario Christian Sumampow
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Senior Fellow Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J Vermonte mengatakan pemerintah harus konsisten jika benar-benar serius menaikkan harga BBM untuk mengurangi subsidi.
Ia menambahkan, jika subsidi BBM dikurangi, masyarakat juga harus diberi kejelasan yang masuk akal oleh pemerintah ihwal persoalan ekonomi yang menjadi penyebabnya. Selain itu, menurut Philips, pemerintah harus memberi kompensasi kepada masyarakatdi melalui sektor lainnya.
“Konsisten penting dalam hal subsidi BBM. Masyarakat memang harus dijelaskan rasionalitas ekonominya,” ujar Pihilips saat jadi narasumber dalam diskusi daring bertajuk Sikap Publik terhadap Pengurangan Subsidi BBM, Rabu (7/9/2022).
“Kalau sudah dikurangi, kurangi terus, tapi harus ada kompensasi di sektor lain. Saya setuju mungkin bansos dibuat lebih masif,” tambahnya.
Philip juga menekankan, ini bukan merupakan kali pertama dalam pemerintahan Jokowi subsidi BBM diturunkan.
Dia mengatakan, di tahun 2015, di era awal pemerintahan Presiden Jokowi subsidi BBM juga dikurangi.
Hal ini tidak tanpa alasan, mengingat saat itu Presiden Jokowi baru saja menjabat dan ruang untuk melakukan dan memilih program mana yang dirasa menjadi prioritas dirasa terbatasi oleh APBN.
Baca juga: Waspadai Lonjakan Inflasi Pasca Naiknya Harga BBM
Namun setelah itu subsidi perlahan-lahan kembali dinaikkan.
“Ini perlu kita catat, waktu Jokowi menurunkan subsidi BBM tahun 2015 karena kebutuhan yang sangat dibutuhkan ketika mulai pemerintahan bahwa APBN presiden sudah ditetapkan kira-kira Agustus sebelum pelantikan, jadi agak terkunci,” jelasnya.
"Harus mencari ruang untuk menciptakan sedikit space sehingga bisa melakukan program dan prioritas apa yang harus segera dilakukan,” Philip menambahkan.
Baca juga: Said Iqbal: Aneh, Upah Tidak Naik Sedangkan Harga BBM Naik
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan harga BBM bersubsidi telah disesuaikan.
Harga Pertalite naik dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Solar Subsidi dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter. Kemudian Pertamax nonsubsidi dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter.
Harga ini mulai berlaku sejak Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.