Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSEL – Gubernur European Central Bank (ECB) Christine Lagarde menegaskan bahwa bank sentralnya akan terus mengerek naik suku bunga acuan ke level tertinggi, demi mengekang rekor inflasi zona euro hingga landai di level 2 persen.
Pernyataan tersebut dilontarkan setelah ECB menaikkan suku bunga utama dengan rekor 75 basis poin, dalam upaya untuk mengendalikan inflasi di kawasan euro pada Kamis (8/9/2022).
Langkah ini merupakan tanda bahwa ECB memenuhi janjinya untuk mengambil langkah besar dalam memerangi inflasi di Eropa yang rata – ratanya telah melonjak mencapai 9,1 persen pada bulan Agustus lalu, akibat membengkaknya tagihan listrik dan energi di 19 negara di zona euro sebagai imbas dari invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: Bank Sentral Korea Selatan Naikkan Suku Bunga Acuan 25 Bps untuk Menahan Laju Inflasi
“ECB telah menaikkan suku bunga deposito dari nol menjadi 0,75 persen pada hari Kamis dan kami akan mengarahkan untuk dua atau tiga kenaikan lagi, karena suku bunga masih jauh dari tingkat yang telah ditetapkan yaitu 2 persen.” jelas Christine Lagarde, dikutip dari Reuters.
Bertepatan dengan pengetatan moneter di Kamis kemarin, Gubernur Lagarde mengatakan bahwa harga energi yang sangat tinggi dapat mengurangi daya beli serta memangkas pendapatan masyarakat Eropa, hingga menghambat kegiatan ekonomi yang saat ini tengah diproyeksikan membengkak menjadi 0,9 persen.
Kondisi tersebut yang dikhawatirkan dapat memperparah laju perekonomian masyarakat Eropa selama beberapa bulan kedepan.
Dengan menaikkan suku bunga, ECB berharap agar sikap hawkishnya ini dapat menjaga 17 negara di Eropa dari risiko peningkatan ekspektasi inflasi yang terus-menerus.
Meski kenaikan suku bunga tidak dapat sepenuhnya mengembalikan kondisi perekonomian Eropa dalam waktu dekat, namun ECB optimis langkahnya itu dapat menurunkan inflasi dan memacu pertumbuhan ekonomi kawasan euro secara bertahap, dimana laju inflasi merosot menjadi 8,1 persen pada 2022, menyusut 5,5 persen pada 2023, serta turun 2,3 persen pada 2024 dan 2 persen pada tahun 2025 mendatang.