"Terutama setelah adanya sinyal hawkish dari The Fed yang akan mempertahankan tren suku bunga tinggi untuk periode yang cukup panjang," ujar Jimmy.
Menimbang sentimen yang kurang baik untuk sektor teknologi dalam jangka pendek, Jimmy melirik BUKA masih layak dikoleksi untuk jangka panjang dengan target ke level Rp 750.
"Laporan kinerja emiten di Kuartal II cukup baik, serta runway yang cukup panjang sehingga terhindar dari issue challenge di raising capital untuk waktu dekat," sebut Jimmy.
Baca juga: Prediksi IHSG Hari Ini Bakalan Cerah, Sektor Energi Bakalan Jadi Sorotan
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Farras Farhan juga menjagokan BUKA untuk dapat dilirik sebagai pilihan investasi.
Tapi, Farras turut memberikan catatan, sentimen sideways masih membayangi sektor teknologi.
"Investor masih lebih prefer untuk commodity dan energy play serta adanya potensi peningkatan inflasi berpengaruh terhadap buying power investor," jelas Farras.
Dia pun kemudian menyoroti prospek kinerja GOTO, terutama setelah keputusan pemerintah yang menaikkan tarif ojek online (ojol) mulai Minggu (11/9) lalu.
Farras melihat, kenaikan tarif ojol berpotensi memberikan dampak pada penurunan transaksi pelanggan kepada on demand service GOTO.
Hanya saja, layanan on demand sudah menjadi bagian integral konsumsi masyarakat, sehingga penurunan transaksi diperkirakan tidak signifikan.
"Namun perlu diperhatikan juga adanya peraturan baru dimana GOTO dan Grab hanya bisa mengambil 15% komisi dari setiap transaksi, yang mengartikan ada potensi penurunan take rate," terang Farras.
Terhadap saham GOTO, Farras pun masih memberikan rekomendasi hold. Adapun hingga akhir sesi pertama hari ini, saham GOTO stagnan di level Rp 278 setelah sempat menyentuh Rp 284 di awal perdagangan. (Ridwan Nanda Mulyana/Wahyu T.Rahmawati)