Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Badan Inovasi Nasional (NIA) Thailand saat ini mendorong kota Bangkok menjelma menjadi 'silicon valley teknologi pangan'.
Lembaga tersebut telah berinvestasi dalam perusahaan rintisan (startup) teknologi pangan di kota itu sebagai bagian dari proyek 'Space-F'.
Proyek ini mendorong masuknya investasi untuk sektor pangan Thailand, terkait dengan krisis ketahanan pangan global yang diperburuk berbagai faktor seperti perubahan iklim, inflasi hingga perang yang sedang berlangsung di Ukraina.
Dikutip dari Foodingredientsfirst.com, Selasa (27/9/2022), NIA mengusulkan penggunaan 'deep tech' sebagai cara utama untuk menempatkan Bangkok pada peta sebagai 'ibu kota teknologi pangan'.
Proyek ini telah berjalan selama sekitar 3 tahun, dengan fokus pada pendanaan start-up lokal dan luar negeri, sambil memberikan dukungan, bimbingan serta membangun bisnis di Bangkok.
Pertumbuhan teknologi pangan
Menurut Emergen Research, industri teknologi pangan global telah tumbuh dari 220,32 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2019 dan diproyeksikan mencapai 342,52 miliar dolar AS pada 2027, dengan CAGR 6,0 persen.
Baca juga: Kepala Pangan PBB Peringatkan Puluhan Jutaan Orang Hadapi Ancaman Kelaparan
Hal ini dapat dikaitkan dengan krisis pangan global, dengan meningkatnya kebutuhan akan inovasi dalam ketahanan pangan.
"Menurut laporan State of Food Security and Nutrition in the World 2022 oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), lebih dari 800 juta penduduk dunia, atau sekitar 10 persen kini menderita kelaparan akibat pandemi virus corona (Covid-19), krisis ekonomi, kekurangan bahan baku dan penurunan keamanan pangan," kata Direktur Eksekutif di NIA, Dr. Pun-Arj Chairatana.
Space F menciptakan inovasi
Space F ini mencakup 9 tren teknologi makanan utama, yakni kesehatan dan kebugaran, protein alternatif, manufaktur cerdas, solusi pengemasan, makanan dan bahan baru, biomaterial dan bahan kimia, teknologi restoran, keamanan dan kualitas makanan, serta layanan makanan cerdas.
Semua kategori ini ingin ditingkatkan oleh NIA di Thailand agar tidak hanya mampu membangun kesuksesan ekonomi saja, namun juga meningkatkan ketahanan pangan di negaranya dan secara global.
'Space-F' menyediakan platform terkemuka untuk mendorong para wirausahawan baru agar bisa merangkul teknologi dan inovasi mendalam demi membawa kemajuan bagi bisnis dan industri makanan mereka.
Baca juga: Khawatir Impor Pangan Bakal Merugikan Petani, SPI Tolak Omnibus Law
"Startup terpilih kemudian akan dibimbing untuk menghadapi pasar Asia Tenggara dan global," jelas Dr. Pun-Arj.
Ia meyakini bahwa bisnis deep tech di bidang pangan dan pertanian terus memiliki pertumbuhan yang setara dengan e-commerce dan fintech di seluruh dunia.
Ini juga membantu perusahaan makanan di Thailand juga menikmati rantai pasokan yang kuat.
"Pada akhir 2025, industri teknologi pangan diperkirakan akan bernilai 7,76 triliun baht (setara 205 triliun dolar AS). Dengan populasi dunia yang meningkat pesat, ditambah dengan perubahan iklim, penurunan tenaga kerja pertanian, dan sisa makanan akibat konsumsi massal, maka ketahanan pangan global kini menjadi masalah serius yang perlu dipecahkan," pungkas Pun-Arj.
Teknologi pangan masa depan
Banyak negara Asia telah secara aktif mempelopori kemajuan teknologi pangan dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut Kementerian Perdagangan Thailand, negara itu merupakan salah satu yang melaporkan penjualan sebesar 3,5 miliar dolar AS di seluruh industri nutraceuticals pada 2019.
Baca juga: Lonjakan Harga Energi dan Pangan Dunia Akan Tekan Ekspor Taiwan Hingga 3,4 Persen
Konsumen di Thailand, Singapura, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang juga semakin terbiasa dengan makanan laut nabati dan budidaya dari sel, dengan membuka jalur regulasi di negara-negara ini.
Produksi bahan umum di Asia juga kian meningkat, karena pada tahun lalu, Corbion meluncurkan inisiatif untuk meningkatkan kapasitasnya dalam memproduksi asam laktat dan turunan asam laktat, menjelang ekspansi yang diumumkan sebelumnya di Thailand, yang dijadwalkan untuk tahun depan.