Namun, juga akan bergantung dengan kesepakatan transaksi apabila diberlakukan Local Currency Settlement (LCS).
Untuk impor sendiri, dengan devaluasi yuan akan lebih menguntungkan, terlebih dari sisi foreign direct investment atau FDI Indonesia cenderung lebih kuat dalam satu tahun terakhir, di mana terus mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Kuartal lalu saja, FDI tumbuh hingga 40 persen ke level tertingginya sepanjang sejarah dengan Singapura sebagai sumber pendanaan terbesar dan diikuti oleh China, Hong Kong, Jepang dan AS.
Hal ini seiring dengan sejumlah kebijakan hilirisasi yang diterapkan pemerintah seperti insentif dan kemudahan dalam hal perizinan.
Sementara, bisnis metal menjadi yang paling diminati, disusul pertambangan, properti, transportasi, pergudangan dan telekomunikasi.
Nico menambahkan, hal yang turut berkontribusi terhadap kuatnya fundamental ekonomi di saat negara lain cenderung tertekan, di samping commodity boom.
Baca juga: Jepang Siap Siaga Penetrasi Pasar Uang Stabilkan Nilai Yen, Dolar AS Sempat 145 Yen
Selain itu, FDI juga menjadi penopang pergerakan mata uang rupiah yang cukup rentan dengan pengetatan kebijakan moneter The Fed.
"Kami pun masih optimis dengan FDI di kuartal III ini, di mana akan diumumkan siang ini. Namun, dari sisi global ini akan menyebabkan capital outflow secara besar-besaran bagi kedua negara tersebut dan mengakibatkan rentetan kelesuan bagi negara lainnya, terutama kawasan Asia," pungkasnya.