Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perusahaan software-as-a-service (SaaS) Mekari melakukan riset kesejahteraan finansial karyawan selama masa pandemi Covid-19.
Hasilnya, tercatat bahwa 74 persen karyawan percaya kesejahteraan finansial mereka memburuk.
Financial Services Director Mekari Jansen Jumino mengatakan, mayoritas pendapatan karyawan menurun tetapi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan hanya 14 persen yang kesejahteraan finansial mereka di atas rata-rata.
“Karyawan Indonesia memainkan peran signifikan sebagai motor pendorong kinerja perusahaan, namun kesejahteraan finansial mereka tergelincir ke bawah rata-rata karena pendapatan mereka tidak lagi memadai untuk membiayai pengeluaran tidak terduga," ucap Jansen dalam paparan Mekari Whitepaper: Laporan Kesejahteraan Finansial Karyawan 2022 dikutip Sabtu (8/10/2022).
Baca juga: Pandemi Dorong Sinergi Pemerintah dan Swasta dalam Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Menurutnya, karyawan pada umumnya membutuhkan dana Rp 4 juta per tahun untuk menutupi pengeluaran tidak terduga tetapi rata-rata karyawan hanya mampu menabung dana darurat sebesar Rp 2,6 juta per tahun.
Karyawan membutuhkan dana darurat untuk membiayai kebutuhan primer, termasuk kebutuhan sehari-hari dan medis.
Jansen menuturkan bahwa kesejahteraan finansial karyawan sangat berpengaruh pada produktivitas kerja.
"Stres finansial akan mengaburkan konsentrasi kerja para karyawan, sehingga produktivitas mereka pun melandai," tuturnya.
Perusahaan yang menyediakan program kesejahteraan finansial akan memacu produktivitas karyawan, selain memperkuat retensi karyawan.
Selain itu, kehadiran program tersebut akan menjadi daya tarik bagi calon karyawan untuk bergabung ke perusahaan yang kini menghadapi perang talenta.
“Riset ini menyimpulkan bahwa perusahaan selaiknya berinvestasi di kesejahteraan finansial karyawan agar bisa memacu retensi dan produktivitas karyawan, dua faktor penentu bagi performa bisnis,” ujar Jansen.
Riset ini dilakukan pada lebih dari 5.500 karyawan dan 300 perwakilan divisi Sumber Daya Manusia (SDM) dari ragam jabatan dan perusahaan di Indonesia.
Para karyawan mayoritas berkecimpung di sektor teknologi, distribusi, ritel, layanan keuangan, hospitality, dan lain-lain.